Mohon tunggu...
Rasno Shobirin
Rasno Shobirin Mohon Tunggu... -

Cuma anak nelayan, Kampunglaut, Pulau Nusakambangan...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mudik: Tradisi Unik di Bulan Baik

25 Agustus 2011   04:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:29 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari-hari menjelang berakhirnya bulan puasa Ramadhan, pertanyaan yang kerapkali muncul baik dari teman, tetangga maupun keluarga adalah "Kapan mudik?", "Mudik ke mana?". Jawabannya tentu beragam. Ada yang menjawab mudik ke Jawa, Sumatra, sampai Provinsi di ujung Indonesia sekalipun mudik dapat dinikmati kebanyakan orang. Dua minggu menjelang Idul Fitri, orang mulai disibukkan dengan memesan tiket mudik dan balik. Mulai dari yang kelas ekonomi hingga kelas eksekutif, semua harga melonjak naik, namun hal tersebut tidak menyurutkan para calon pemudik.

Bulan suci Ramadhan, dari waktu ke waktu memiki cerita yang cukup banyak. Memiliki berbagai keunikan yang jarang ditemui pada hari-hari besar Islam maupun Hari Besar lainnya. Ramadhan di samping memiliki nilai spiritual yang tinggi-karena disinilah seseorang melakukan berbagai aktifitas yang mendatangkan pahala berkali lipat. Bulan Ramadhan selain memiliki cerita di samping rasa syukur (melaksanakan sholat wajib, sholat sunnah Tarawaih, dan sholat-sholat sunnah lainnya), juga memiliki cerita unik yaitu tradisi "pulang kampung" atau mudik.

Tradisi pulang kampung sudah mahfum di Indonesia. Bahkan, tidak sedikit yang berada di luar negeri, juga turut serta merayakan "pulang kampung", berkumpul dengan sanak sodara di kampung halaman (Indonesia). Tradisi ini sulit diputus mengingat  momen silaturahmi Ramadhan merupakan momen yang hanya datang setahun sekali serta memiliki nilai-nilai spiritual dan nilai kedekatan antara manusia dengan manusia dimana Ramadhan menjadi ajang saling memaafkan dan menjalin tali silaturahmi. Bertemunya sanak saudara, handai taulan yang lama tidak bertemu. Bertemunya dua sifat manusia dimana di bulan Ramadhan (baca: Idul Fitri) sifat dengki dan sombong akan luluh seiring dengan memberi dan meminta maaf satu sama lainnya.

Mudik, tradisi yang selama ini terjadi di Indonesia memberikan pengaruh besar bagi peputaran ekonomi di suatu wilawah. Misalnya, di suatu daerah yang mayoritas masyarakatnya perantau, perputaran uang semakin tinggi mengingat pengiriman uang dari para perantau akan meningkat dua kali lipat dibandingkan hari-hari bisa di luar Ramadhan.

Disanalah kemudian terjadi transaksi perekonomian yang cukup pesat. Pasar dan pusat perbelanjaan menjadi padat menjelang Ramadhan usai. Mau tidak mau masyarakat yang telah menjadikan makan-makan (menjamu tamu), menggunakan pakaian baru menjadi tradisi yang sulit dilupakan. Efek negatifnya memang ada yaitu budaya konsumtif juga semakin meningkat di daerah-daerah. Tetapi itulah keindahan dari Ramadhan dan Idul Fitri mudik tetap menjadi cerita yang cukup melekat sepanjang Ramadhan hingga Idul Fitri Usai.

Dari segi sosial, jelas tradisi mudik akan meningkatkan kegiatan sosial satu sama lain di kampung halaman. Bentuk silaturahmi dan kegiatan sosial lainnya begitu tampak. Tidak ada lagi sekat antara si kaya dan si miskin. Semua saling memberi dan berbagi kebahagiaan. Momen inilah yang jarang terjadi di hari besar lain.

Dan, tentu saja tidak semua orang dapat menikmati indahnya mudik karena kesibukan kerja atau memang harus stay di tempat kerja terutama mereka yang bekerja di tempat-tempat yang melayani masyarakat banyak seperi pusat perbelanjaan, hotel, bank dan sebagainya.

Tetap waspada

Mudik yang menjadi kebiasaan banyak orang tentu memiliki beberapa catatan yang harus diperhatikan. Terutama menghadari dari pelbagai aksi kejahatan kriminalitas yang intensitasnya meningkat. Seringkali kita mendengar pemudik yang kecopetan, terkena hipnotis sampai mengalamai kecelakaan yang mengakibatkan kematian. Mudik bukanlah dilakukan satu atau dua orang saja, melainkan jutaan orang dari berbagai daerah melakukan mudik. Berdesak-desakan, tidak mendapatkan tiket dan lain-lain merupakan sedikit cerita miris yang sering kita lihat maupun baca di berbagai media.

Oleh karena itu, bagi masyarakat yang hendak melakukan "ritual" mudik perlu memerhatikan berbagai aspek. Mulai dari bawaan barang yang melebihi kapasitas tenaganya sendiri, sampai penggunaan aksesoris barang-barang mewah. Atau juga bagi mereka yang menggunakan kendaraan pribadi. Bagi yang menggunakan transportasi bus dan kereta apai, dimana calo dan kejahatan selalu mengintainya, adakalanya para pemudik tidak membawa barang-barang yang berlebih, hal ini mengingat banyaknya pemudik dan minimnya angkutan yang tersedia. Alternatifnya adalah mengirimkan barang-barang melalui jasa pengiriman sebelum mudik sehingga ketika sampai di rumah atau kampung halaman, barang-barang sudah sampai terlebih dahulu dan tidak repot-repot membawa barang yang menyiksa diri. Memang, harga pengiriman cukup mahal, tetapi keselamatan dan kesehatan tubuh saat mudik lebih baik bukan?

Kejahatan berupa pencurian dan penjambretan saat mudik pun sering terjadi dan menimpa para pemudik. Modusnya cukup beragam, mulai dari menawarkan minuman/makanan, menghipnotis sampai yang kasa sekalipun yaitu mengambil barang secara paksa. Oleh sebab itu, pemudik yang baik dan yang ingin tidak terjadi hal-hal yang diinginkan mengingat kejahatan menjelang Hari Lebarang cukup tiinggi, maka penggunaan aksesoris dan membawa uang dalam jumlah banyak tidak dibenarkan. Sebagai tip, pemudik bisa mengirimkan uangnya ke orang tua atau saudara sebelum Hari H. Cukup membawa uang seperlunya untuk keperluan selama diperjalanan.


Sebagai penutup, mudik bukanlah hal yang buruk. Mudik merupakan rutinitas tahunan yang disambut suka cita bagi mereka yang merayakan 'Hari Kemenangan' bersama sanak saudara. Mudik selalu memberikan cerita unik dalam setiap waktu. Akhiranya, penulis mengucapkan Selamat menunaikan ibadah Puasa dan selamat menyambut Hari Kemenangan Idul Fitri 1432 H. Mohon Maaf Lahir dan Batin. Mudik unik di Bulan yang Baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun