Wilayah kerja Perhutanan Sosial (PS) diwilayah kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesatuan Pengelolaan Hutan (UPTD KPH) Liwa Provinsi Lampung terdiri dari enam register yaitu Register 45 B bukit rigis, register 44 B way tenong kenali, register 43 B kota agung utara, register 17 B serarukuh, register 48 B palakiah dan register 9 b bukit seminung dengan luas sekitar 42.000 hektar dikelola oleh 50 Gabungan Kelompok tani hutan (Gapoktanhut).
UPTD KPH liwa wilayah kelolanya merupahan kawasan hutan lindung berbatasan langsung dengan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TN BBS) dipulau Sumatera. Wilayah UPTD KPH liwa sebagian besar masuk dalam amdinistrasi Kabupaten Lampung Barat salah satu kabupaten yang menyandang gelar Kaupaten Konservasi karena Kabupaten Lampung Barat hampir 70 % wilyahnya merupakan kawasan hutan. Wilayah Kabupaten Lampung Barat memiliki luas 2.141,57 Km2 atau 6,05% dari Luas Wilayah Provinsi Lampung.
Kawasan hutan lindung KPH liwa mempunyai topografi perbukitan antara  400-1.808 meter dari permukaan laut. Begitu juga areal pemegang persetujuan Pehutanan Sosial merupakan perbukitan dengan kelerengan lahan berkisar antara 20-45 % sehingga jalan menuju ke areal gabungan kelompok tani hutan sedikit sulit untuk dilalui. Dari 50 Gabungan kelompok tani yang di KPH liwa, hampir semua lokasi menuju kekelompok tersebut sulit untuk di akses. Jalan menujuk kelokasi kelompok hampir 95 % merupakan jalan tanah atau jalan setapak, disamping itu juga medan yang dilalui sangat sulit karena daerahnya berbukit dan lokasinya sangat terjal.
Ada beberapa dampak sulitnya akses jalan menuju lokasi perhutanan sosial di KPH Liwa di antaranya :
1. Menyulitkan Tansportasi
Banyaknya keluhan yang di alami oleh anggota kelompok perhutanan sosial karena sulitnya akses mereka untuk melakukan perjalanan baik datang maupun pulang. Kalau memaksakan menggunakan kendaraan roda dua ban belakang maupun ban depan harus dililit rantai ban. Kalau ditempuh dengan berjalan kaki akan terjadi keterlambatan untuk bekerja serta ketika sampai di kebun badan sudah lelah kecapean sehingga semangat kerjapun hilang.
Kesulitan askses berkendaraan juga dapat menghambat ketika musim panen tiba, akan berdampak mahalnya ongkos angkutan hasil panen. Pada jalan yang bagus ongkos angkut satu karung kopi basah ukuran 50 kg/ 2 km Rp. 5.000, namun dengan kondisi jalan yang jelek bisa mencapai Rp. 10.000-15.000/karung. Di samping itu juga angkutan lain seperti pupuk, penunpang dll juga ikut mahal.
2. Kendaraan cepat rusak
Akses masuk dengan jalan tanah/jalan setapak dapat mengakibatkan pada kendaraan roda dua cepat rusak apa lagi pada saat musim penghujan. Jalan yang terjal, naik dan turun sangat mempengaruhi pada mesin kendaraan. Pada kondisi jalan yang menanjak kendaraan dipaksa harus naik sehingga mesim cepat panas akan berakibat patal pada blok mesin, lalu ketika jalan meturun atau medun yang cepet rusak adalah pirodo rem atau pada piringan ren cakram cepat aus.
3. Mengancam Keselamatan jiwa
Banyak cerita kejadian dilapangan tentang kendaraan bermotor masuk jurang atau terjatuh karen jalannya licin dan terjal berbatu. tidak sedikit kendaraan yang rusak, pengendaraan atau penumpangnnya mengalami cidera bahkan korban jiwa. Wilayah yang sangat sulit dijangkau karena rata-rata pengelola perhutanan sosial diwilayah KPH liwa berada pada ketinggian lebih dari 1.000 meter dari permukaan laut. Guyuran hujan yang hampir sepanjang tahun tidak berhenti akibatnya  jalan tanah sulit untuk di berbaiki, sekamakin lama jalan akan semakin dalam serta sulit untuk dilewati.
4. Mengakibatkan erosi
Sepintas pemikiran kita terkadang tidak masuk akan apa hubungannya jalan setapak dengan erosi. Beradasarkan  penelitian jalan setapak merupakan penyumbang sedimentasi pada aliran sungai yang berakibat pendangkalan dasar sungai berdapat buruk akan meluapnya air sungai maka terjadi banjir. Jumlah jalan setapak pada areal Perhutanan sosial jumlahnya mencapai ribuan kilo meter, berupa jalan setapak menujuk kekebun antar anggota maupun akses keluar masuk keperkampungan. Jalan setapak akan erosi ketika musim hujan karena disepanjang jalan setapak arealnya terbuka, ketika terjadi hujan, air yang jatuh dari langit langsung membentur tanah pada lapisan top soil sehingga tanah akan pecah atau hancur dan menjadi lumpur yang akhirnya terbawa hanyut oleh air hujan.
Dan banyak lagi dampak lain yang ditimbulkan dengan adanya jalan setapak yang  swaktu-waktu akan terjadi, antara lain jalan setapak dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, seperti memudahkan pencuri untuk melewati jalan tersebut, begitu juga para oknum pelaku illegal loging mereka mudah menurunkan kayu curian dari hutan melalui jalan setapak yang ada di lokasi Perhutnaan sosial dan sebagainnya.
Sedangkan damapak positif dari jalan setapak adalah jalan setapak merupakan jalan alternatif yang dapat membantu anggota kelompok tani hutan atau masyarakat umum untuk melakukan mobilitas pulang kampung, membawa hasil panen dan sebagainnya. Dengan adanya jalan setapak juga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat pengelola perhutanan sosial dengan jalan tersebut mudahkan dalam mengangkut hasil panen serta angkutan lainnya.
Masyarakat yang bergambung didalam kelompok tani hutan, ketika membuat jalan setapak tidak sekaligus, jalan setapak yang mereka lewati pada mulanya merupakan jalan untuk lewat orang saya dengan cara berjalan kaki. Setelah mereka panen barulah mereka melakukan pembenahan jalan dengan cara dicangkul sendiri-sendiri dimasing-masing kebun.Â
Pada jalan utama yang akan mereka lewati untuk mengeluarkan hasil panen, barulah mereka bergotong royong secara swadaya membuat jalan sepanjang yang mereka butuhkan. Lalu pada jalan setapak yang sulit dilewati barulah anggota kelompok melakukan musawarah mupakat untuk iuran membeli semen, pasir dan batu split, lalu mereka membuat jalan coran pada lokasi-lokasi tertentu dengan cara bergotong royong. Jalan yang mereka bangun jauh dari harapan tidak mampu semua jalan setapak yang mereka lalui untuk dicor karena keterbatasan dana dan tenaga kerja, kelemahan jalan yang mereka buat kualitasnya jauh di bawah standar dan jalan tersebut cepat rusak.
Banyak di antara mereka para anggota kelompok tani hutan sering mengeluhkan kondisi jalan mereka, terkadang mereka minta ke KPH atau pemerintah daerah untuk dibantu pengerasan dengan alasan agar memudahkan mereka mengeluarkan hasil panen, serta memudahkan akses kelokasi wisata alam yang ada, Namun sampai saat ini pemerintah belum bisa berbuat banyak untuk memberi bantuan pembuatan jalan produksi kepada kelompok tani hutan.
Terimakasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H