Banjir bandang dan tanah longsor sering terjadi dengan tiba-tiba tanpa mengenal waktu, datangnya mendadak dengan suara gemuruh, gelombang yang cukup besar, arus yang deras disertai material berupa Lumpur, batu, kayu, sampah dll.
Dampak yang sangat di rasakan oleh daerah bagian hilir terutama daerah persawahan, perikanan dan pemukiman padat penduduk, sangat mengancam keselamatan jiwa manusia.
Sedangkan di daerah hulu asal terjadinya banjir bandang dan tanah longsor hanya sedikit yang terdampak.Â
Dengan semakin banyak daerah yang menjadi lokasi terjadinya banjir bandang dan tanah longsor tentu kita harus memilih daerah untuk tempat tinggal dan tempat usaha yang aman, tetapi daerahnya sangat terbatas tidak semua wilayah indonesia aman dari bahaya banjir bandang dan tanah longsor.Â
Pada awalnya wilayah Indonesia aman dari bencana banjir bandang dan tanah longsor, walaupun ada bencana saat itu tidak berdampak seperti sekarang ini.
Kerugian material dan korban jiwa sangat minim karena jumlah penduduk belum begitu banyak, keseimbangan alam pun masih dalam ambang aman.
Tetapi ketika penduduk Indonesia semakin berkembang kebutuhan hidup semakin banyak serta pembangunan yang begitu pesat sehingga banyak wilayah yang harus dikorbankan demi keberhasilan proyek tertentu, terkadang tidak mengindahkan hasil Analisis Dampak Lingkungan (Amdal). Barulah ketika bencana menimpa semua pihak mulai berbenah.
Ada beberapa tips untuk mengenal daerah yang rawan banjir bandang dan tanah longsor sebelum kita bermukim atau memilih tempat usaha, caranya sebagai berikut:
1. Mempelajari peta rawan becana
Penting bagi kita mengetahui peta rawan bencana yang telah disediakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB) pada laman Ina Geoportal Data Bencana Indonesia bisa mendownload peta yang sudah disediakan berupa peta layout.
Juga Kita bisa mendownload Shapefile (SHP) yang ada di Indonesia Geospasial Portal Masuk ke link https://tanahair.indonesia.go.id. Caranya kita harus mendaftar terlebih dahulu lalu melakukan registrasi. Setelah berhasil masuk ke laman kita tinggal memilih SHP yang kita inginkan.
2. Melihat kondisi Daerah Aliran Sungai
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi punggung-punggung gunung di mana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan ditampung oleh punggung gunung tersebut dan akan dialirkan melalui sungai-sungai kecil ke sungai utama (Asdak, 1995).Â
Wilayah daratan Indonesia seluruhnya berada di daerah Aliran sungai baik yang berada di hulu maupun di hilir, di Provinsi lampung ada DAS Way seputih dan DAS Tulang bawang, DKI Jakarta ada DAS Angke,DAS Ciliwung dst,di Jawa Barat ada DAS Cisadane, DAS Cimanuk dan seterusnya.
Kalau kita berada di daerah aliran sungai, untuk mengetahui DAS-nya sehat atau buruk, kita bisa melihat kondisi air yang ada di sungai. Perhatikan ketika musim penghujan kalau airnya keruh itu menandakan bahwa DAS tersebut Buruk, begitu juga sebaliknya apabila air sungai jernih berarti DAS-nya sehat.
Ketika kita tingal di DAS yang buruk kita harus hati-hati dan waspada. kita harus selalu koordinasi dengan Balai Pengelola Daerah Aliran sungai (BP DAS) setempat dan koordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) atau kalau kita berada di daerah Koordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
3. Perhatikan kemiringan lahanÂ
Untuk mengetahui secara dini kita bisa melihat peta slope (kemiringan) kita bisa mencocokan wilayah tempat kita. Untuk mendapatkan peta slope dapat di Download melalui www.indonesia-geospasial.com. Atau kita membuat peta sendiri dengan menggunakan data Digital Elevation Model Nasional (DEMNAS) menggunakan ArcGIS.
Berdasarkan Klasifikasi Kelas Kemiringan Lereng Berdasarkan Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah, 1986, klasifikasi kemiringan lahan di bagi mejadi lima kelas yaitu:
Kelas  |  Kemiriangan  |  Klasifikasi
I Â Â Â Â Â Â | Â Â Â 0 - 8 % Â Â Â Â Â Â | Â Â Â Datar
II Â Â Â Â Â | Â Â Â 8- 15 % Â Â Â Â Â | Â Â Â Landai
III Â Â Â Â | Â Â Â 15 - 25 % Â Â Â | Â Â Â Agak Curam
IV Â Â Â Â | Â Â Â 25 - 45 Â % Â Â Â | Â Â Â Curang
V Â Â Â Â Â | Â Â Â > 45 % Â Â Â Â Â Â | Â Â Â Sangat Curam
Setelah mengetahui kelas kemiringan lahan, kita sudah mengetahui tingkat keamanan dan kerawanan bencana di wilayah tempat kita tinggal. Dari sini kita bisa menentukan risiko tinggal di daerah tersebut. Semakin tinggi tingkat kelerengan semakin tinggi risiko terkena bencana banjir bandang dan tanah longsor.
4. Perhatikan tingakat erosi dan tutupan lahan
Tingkat Bahaya Erosi (TBE) dapat dihitung dengan cara membandingkan tingkat erosi di suatu lahan (land unit) dan kedalaman tanah efektif pada satuan lahan tersebut.
Dalam hal ini tingkat erosi dihitung dengan menghitung perkiraan rata-rata tanah hilang tahunan akibat erosi lapis dan alur yang dihitung dengan rumus Universal Soil Loss Equation (USLE).
Kriteria Penetapan Indeks Bahaya Erosi berdasarkan metode USLR
No. Â | Â Nilai IBE Â Â Â Â Â Â |Â Â Â HarkatÂ
1. Â Â Â | Â <1,0 Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â | Â Â Rendah
2.    |  1,01 – 4,00    |  Sedang
3.    |  4,01 – 10,00  |  Tinggi
4. Â Â Â | Â >10,01 Â Â Â Â Â Â Â | Â Sangat TinggiÂ
Sumber : Arsyad (2010).Â
Semakin tinggi tingkat IBE maka daerah tersebut merupakan daerah rawan bencana, kita harus waspada tinggal di daerah tersebut.
Begitu juga daerah yang akan terdampak di daerah hilir harus waspada ketika intensitas hujan tinggi, karena curah hujan yang tinggi dapat memicu terjadinya banjir bandang dan tanah longsor.
Begitu juga kondisi tutupan lahan harus kita perhatikan, kalau suatu wilayah baik yang berada dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan kalau kondisi tutupan lahannya terbuka akan berdampak terjadinya rawan bencana.
Menurut SNI 7645-2010 tentang Klasifikasi penutup lahan, penutup lahan adalah tutupan biofisik pada permukaan bumi yang dapat diamati, merupakan suatu hasil pengaturan, aktivitas dan perlakuan manusia yang dilakukan pada jenis penutup lahan tertentu untuk melakukan kegiatan produksi, perubahan ataupun perawatan pada penutup lahan tersebut.
Banyak referensi tentang tutupan lahan serta para ahli sudah banyak yang menganalisanya. Sebagai masyarakat awam kita hanya bisa melihat dan mempedomi hasil analisis para ilmuwan.
Dengan melihat peta tutupan lahan, minimal secara dini kita sudah melihat kondisi alam di sekitar tempat tinggal kita.
Dari empat poin tersebut di atas semoga dapat membantu kita untuk selalu tanggap dengan kondisi di alam sekitar.
Kita harus selalu waspada ketika iklim yang semakin tidak mementu, respons dengan keadaan lebih baik dari pada kita menyesal setelah bencana melanda, merespons ketika ada peringatan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Dan empat poin tadi juga bukan merupakan batasan untuk deteksi dini daerah rawan banjir bandang dan tanah longsor, yakin masih banyak cara yang lain yang belum penulis ketahui.
Sadar terhadap pentingnya kelestarian alam dan lingkungan disekitar, menjadi tolak ukur untuk keselamatan kita bersama dan keberlangsungan alam semesta.
Nilai ketakwaan kita kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa modal hidup untuk peduli pada alam dan selalu patuh pada aturan.
Terimakasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H