Mohon tunggu...
Rasna
Rasna Mohon Tunggu... Lainnya - Foresters

Menjadikan masyarakat sasaran menjadi mandiri dalam pembangunan kehutanan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berkebun Kopi Antara Hidup dan Mati

18 Januari 2023   12:00 Diperbarui: 18 Januari 2023   13:14 961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kopi (coffea) menjadi buah bibir bagi para penggemarnya, ketika kita lagi  bekerja tidak lupa ngopi.. "udah ngobi belum...ngopi ngopi ngopi...ngopi bro "....banyak sekali dagelan tentang kopi, apa lagi saat  nyantai di pagi hari, senja hari bahkan malam hari  selalu di temani oleh kopi. Ya..  kopi memang sangat banyak penggemarnya baik pria, maupun wanita, tua sampai muda, kaya miskin, dari pejabat rendah sampai pejabat tinggi pasti semua mengenal kopi.

Aroma kopi sangat harum dangan rasa yang khas, banyak orang ketagihan bahkan ada beberapa kalangan kalau belum minum kopi kepala terasa pusing dan tidak kosentrasi ketika bekerja, bahkan saat begadang kopi menjadi teman setia. Pelayanan di berbagai kedai kopi (Caffee) di semua penjuru negeri dengan berbagai macam penyajian, bahkan minuman dan makanan banyak yang menggunakan bahan bakunya dari kopi.

Negara-negara penghasil kopi berlomba-lomba untuk meningkatkan produksi kopinya, baik Kwalitas maupun Kuantitas kopi yang bermutu. Negara penghasil kopi terbesar di dunia seperti Brazil, Vietnam,Kolombia dan Indonesia selalu bersaing dalam membudidayakan kopi baik secara tradional maupun modern.

Pernakah kita berfikir bagaimana kopi yang kita minum cara memproduksinya...? dan seperti apa kehidupan  petani kopinya...?

Alam Indonesia sangat sumbur dan sangat terkenal dengan perkebunan kopinya, dari sabang sampai merouke terhampar perkebunan  kopi, bahkan di berbagai Provinsi  di Indonesia  sebagai penghasil  kopi.

Masyarakat yang hidup di Pulau Sumatera khusus wilayah Lampung tepatnya di kabupaten Lampung barat bercocok tanam kopi merupakan  mata pencaharian yang umum . Ketika memasuki wilayah Lampung Barat di sepanjang jalan terlihat  perkebunan kopi rakyat baik yang  di lahan milik masyarakat  maupun di dalam kawasan hutan negara. Luas kabupaten Lampung Barat 2.064,40 km2  , 70 %  adalah perkebunan kopi dan dari total luas Kabupaten Lampung Barat 72 % merupakan kawasan hutan negara yaitu  kawasan hutan Tanaman Nasional Bukit Barisan Selatan (TN BBS) dan kawasan Hutan Lindung.

Kebun Kopi yang ada di dalam hutan lindung (doc. Rasna)
Kebun Kopi yang ada di dalam hutan lindung (doc. Rasna)

Maraknya Perkebunan kopi di kabupaten Lampung Barat karena syarat tumbuh sangat memadai, dengan ketinggian tempat 700- 1.200 meter dari permukaan laut. Suhu yang dingin 20°- 25 ° C, dengan curah hujan berkisar 2.000-2.500 mm/tahun, jumlah bulan basah 7-9 dan intensitas penyinaran matahari 37,9-50 % (sumber Propil Lampung Barat).  Selain itu masyarakat kabupaten lampung Barat sudah turun temurun  berkebun  kopi, bahkan sumber informasi tanaman kopi sudah kinenal di tanah lampung sejak tahun 1900 yang lalu. 

Umumnya masyarakat lampung barat menanam kopi jenis kopi varietas robusta dan banyak di kembangakan Klon yang memang baik untuk di wilayah lampung barat di antaranya Klon BP308,  Klon BP42, Klon SA436 dan Klon BP234, dengan nama lokal tugu sari, tugu kuning, tugu biru dll. 

Penerapan teknologi budidaya kopi di lampung barat ada dua cara yaitu dengan cara generatif (biji) dan cara vegetatif (sambung pucuk), yang umum di terapkan yaitu dengan cara menyabung pucuk. Perawatan kopi sudah  intensif,penyiangan, pemberantasan hama dan penyakit, serta pemupukan sudah dilakukan 2 kali dalam setahun.

Kopi Varietas Robusta (doc. Rasna)
Kopi Varietas Robusta (doc. Rasna)

Waktu panen  raya tanaman kopi di bulan juni s/d bulan september, antusias dan euporia petani ketika penen kopi sangat terasa, karena saat itulah petani kopi  mendapat penghasilan . Walau hanya setahun sekali panen kopi  kebutuhan hidup selama satu tahun bisa  terpenuhi.

Kesejahteraan petani kopi sangat nampak. Ketika tahun 1998 saat krisis moneter, waktu itu harga kopi naik drastis dari Rp. 2.000 menjadi Rp 15.000, sedangkan kebutuhan hidup seperti sembako dll masih murah. Perbandingan 1 kg kopi bisa membeli beberapa bahan pokok, dari harga 1 kg kopi bisa kebeli 3 kg beras, 1 liter minyak goreng dan 1 kg lauk pauk dll. Pembangunan rumah di mana-mana bahkan petani kopi membeli kendaraan motor hampir setiap rumah dan gak tanggung tanggug satu keluaraga ada yang membeli motor 2-4 unit . Sekarang itu hanya tinggal kenangan dan cerita kesuksesan petani kopi waktu itu.

Rumah Petani di tengah kebun kopi. (doc. Rasna)
Rumah Petani di tengah kebun kopi. (doc. Rasna)

Realita Sekarang :

Kehidupan petani kopi lima tahun terakhir kelihatan sangat lesu, karena hasil panen kopi tidak lagi bisa di andalkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari, mereka harus banting tulang mencari hasil tambahan dari selain kopi, bahkan tak sedikit petani kopi yang over alih lahannya menjadi lahan palawija, kebun kopi mereka di bongkar diganti dengan tanaman sayuran.

Selain itu biaya perawatan tanaman kopi tidak sebanding lagi, mahalnya harga pupuk, Herbisida dan alat-alat soprodi hampir tidak terjangkau lagi. Yang sangat terasa lima tahun terakhir adalah produksi kopi Lampung Barat turun setiap tahunnya, produksi menurun dari 3.000 kg/ha kini hampir 500 kg/ ha. 

Banyak tanaman kopi yang tidak terawat lagi, dan tidak sedikit petani kopi terlilit hutang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan kebutuhan lainnya, kebiasaan buruk yang selalu mereka lakukan adalah menggadaikan buah kopi di batang kepada tengkulak/pengepul dengan harapan hutang akan terlunasi  ketika panen kopi, namun realita produksi kopinya anjlok, hutang tahun kemarin tidak terbayar dan harus menghutang lagi untuk mencukupi kebutuhan hidup tahun berikutnya dan lebih parah lagi ketika hutang tidak terbayar  ada beberapa petani kopi menjual kebun kopinya, bahkan ada lahan kebunnya  disita oleh tengkulak karena tidak sanggup membayar hutangnya.

Penjemuran kopi masih tradisional (doc. Rasna)
Penjemuran kopi masih tradisional (doc. Rasna)

Upaya-upaya yang di lakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Lampung Barat dan intansi terkait sudah banyak di lakukan untuk mengurangi beban hidup petani kopi, di antaranya menghubungkan petani kopi langsung dengan exportir kopi untuk bekerja sama, pengolahan kopi lanjutan dengan memproduksi kopi bubuk skala rumahan, menarik wisatawan dengan membuat lokasi wisata kampung kopi, upaya lain penyuluhan dan pembinaan petani kopi secara intesif, kegiatan konservasi dan penganeka ragaman tanaman (agroforestry), pengembangan budidaya ikan (agrofishery) dan Ternak Kabing (agrosilvopastura) untuk memenuhi kebuthan petani kopi.

Harapan petani kopi walaupun saat ini produksi kopi lagi menurun, sangat di harapkan harga kopi semakin mahal, walaupun produksi sedikit tapi keuntungan tetap ada. Terimakasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun