Mohon tunggu...
rasmin marhaenis
rasmin marhaenis Mohon Tunggu... Mahasiswa - Lajang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Anak rakyat yang lahir di pelosok desa dengan membawa cita-cita dan harapan .

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Perempuan, Demokrasi dan Partisipasi Politik

14 Agustus 2024   13:19 Diperbarui: 14 Agustus 2024   13:19 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi via WA

Soal keterpenuhan itu, tentu berkaitan dengan kompetensi dan kapasitas individu yang mencalonkan diri. Tetapi terkadang juga ada yang perempuan dipilih karena hanya melihat agar terpenuhi kuota 30 persen tanpa melihat kompetensi dan kapasitasnya.

Gagasan untuk Perempuan

Perempuan yang ada di dalam lingkaran demokrasi menjadi representasi perempuan yang kuat dan tangguh. Namun, perlu juga dilihat keberadaan mereka tidak lepas adanya pengaruh dari faktor keluarga, kekayaan material, dan intelektual yang mengiringi keberhasilan perempuan. Seperti sejumlah perempuan yang menjadi Bupati atau wakil bupati, wakil rakyat. Banyak yang berasal dari garis keturunan atau politik dinasti.

Harapan Perempuan Dalam Pilkada

Keterlibatan perempuan dalam politik diharapkan mampu memberikan kontribusi kebijakan dalam hal pemenuhan hak-hak perempuan, anak-anak.

Sebab persoalan itulah yang paling diketahui oleh perempuan. Maka knowledge yang baik mutlak bagi kalangan perempuan yang masuk dan berkecimpung di dunia politik, demokrasi, dan birokrasi.

Dengan kemampuan dan kapasitasnya itu tentu ke depan, kebijakan-kebijakan yang mengarah pada feminisme, perlindungan anak, penanganan kekerasan seksual serta kekerasan dalam rumah tangga bisa terakomodasi.

Gerakan perempuan akan semakin kompleks dengan munculnya kandidat perempuan progresif yang mengusung gagasan-gagasan yang menolak agenda feminis.

Untuk itu menumbuhkan kesadaran kritis sekaligus membangun kekuatan kolektif untuk memperjuangkan agenda feminis menjadi penting dalam proses konsolidasi demokrasi.

Penulis: Wa Ode Azrina, Mahasiswa FKIP UHO

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun