Sebagaimana dalam ajaran Bung Karno bahwa Marhaenisme adalah asas yang menghendaki susunan masyarakat dan susunan Negeri, yang di dalam susunan itu dapat menyelamatkan seluruh rakyat Marhaen dalam hal ini kaum marhaen adalah mereka para petani, nelayan, buruh dan Masyarakat kecil lainnya. Peran kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dalam menghadapi bonus demografi 2030 sangatlah penting. Sebagai kader GMNI, kita bisa berperan dalam beberapa hal untuk menghadapi bonus demografi 2030, antara lain:
Pendidikan: Mendorong pemerintah untuk meningkatkan akses dan kualitas pendidikan, serta memperkuat pendidikan vokasional dan kejuruan guna menyesuaikan dengan kebutuhan pasar kerja.
Kesehatan: Mengadvokasi program kesehatan yang memperhatikan kebutuhan kesehatan penduduk usia produktif, seperti program imunisasi, pencegahan penyakit menular, peningkatan akses layanan kesehatan reproduksi, dan pemerataan fasilitas Kesehatan disetiap daerah.
Pemberdayaan Ekonomi: Mengembangkan program-program pelatihan dan pembinaan kewirausahaan untuk meningkatkan daya saing dan keterampilan angkatan kerja muda.
Partisipasi Politik: Mendorong partisipasi politik generasi muda dalam berbagai tingkatan, mulai dari tingkat lokal hingga nasional, untuk menghasilkan kebijakan yang berpihak pada kaum muda.
Kebijakan Publik: Memberikan masukan dan advokasi kepada pemerintah dalam merancang kebijakan yang berhubungan dengan bonus demografi, seperti kebijakan ketenagakerjaan, kesehatan, dan pendidikan.
Dengan berperan aktif dalam hal-hal tersebut, kader GMNI dapat membantu memanfaatkan bonus demografi 2030 sebagai peluang untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemajuan bangsa Indonesia.Sebagaimana tujuan perjuangan GMNI adalah menjadikan Indonesia Berdaulat di bidang politik, Berdaulat di bidang ekonomi dan Berkepribadian dalam budaya.Â
Dalam menghadapi bonus demografi 2030, kader harus menginternalisasi ideologi untuk membentuk landasan pemikiran yang kuat. Ideologi yang diyakini, seperti Marhaenisme, menjadi pedoman dalam mengelola tantangan masa depan. Daya analisis yang tinggi juga diperlukan untuk mengidentifikasi peluang dan risiko.
Kader GMNI perlu memahami potensi dan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam mengelola bonus demografi. Pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan kelembagaan harus diperhatikan. Dengan internalisasi ideologi dan daya analisis yang baik, kader GMNI diharapkan mampu mengoptimalkan bonus demografi sebagai momentum kemajuan bangsa. Dalam menghadapi bonus demografi 2030, kader harus internalisasi ideologi untuk membentuk landasan pemikiran yang kuat. Ideologi yang diyakini, seperti Pancasila, menjadi pedoman dalam mengelola tantangan masa depan.
Daya analisis yang tinggi juga diperlukan untuk mengidentifikasi peluang dan risiko. Kader perlu memahami potensi dan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam mengelola bonus demografi. Pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan kelembagaan harus diperhatikan. Dengan internalisasi ideologi dan daya analisis yang baik, kader diharapkan mampu mengoptimalkan bonus demografi sebagai momentum kemajuan bangsa.
Tulisan ini sebagai bentuk pertanggungjawaban peserta dalam kegiatan Kaderisasi Tingkat Dasar (KTD) ke VI GMNI Kendari periode 2023-2025.