Ia membeberkan dalam orasinya, Sulawesi Tenggara yang dikenal dengan potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang sangat melimpah diberbagai sektor tetapi belum mampu memberikan kesejahteraan kepada masyarakat khususnya buruh, nelayan, petani dan kaum miskin kota untuk menikmati hasil kekayaan yang ada di Bumi Anoa Sulawesi Tenggara ini.
Ia menilai, kebijakan pemerintah masih condong kepada kepentingan oligarki yang hanya menguntungkan diri mereka sendiri.
"Sehingga kami berharap lewat momentum hari buruh internasional atau yang di kenal sebagai May Day sebagai bentuk konsolidasi nasional untuk menuntut hak-hak yang selama ini belum terpenuhi dengan jam kerja yang tinggi tetapi dengan upah minimun yang belum tidak memberikan kemakmuran kepada masyarakat," tegasnya.
Terakhir, salah satu anggota Kesatuan Pemuda Mahasiswa Maperaha (KPMM), Arwan menegaskan agar mahasiswa dan pemuda tetapi menjadi pelopor perjuangan dalam memperjuangkan hak-hak buruh yang masih tertindas, yang di kapitalisasi oleh kepentingan oligarki.
"Kami berharap, orientasi kelembagaan bisa lebih peka dan bisa membawa fenomena bahwa memang kondisi masyarakat kita masih termarjinalkan. Ini juga tidak terlepas dari kepentingan elit politik yang hanya menguntungkan diri mereka sendiri tanpa peduli kepada kepentingan masyarakat secara umum," tegasnya.
Dalam aksi yang sedang berlangsung terlihat bagaimana antusias mahasiswa dan pemuda terlibat secara penuh meskipun kondisi cuaca yang mendukung, tetapi semangat dan jiwa militansi untuk memperjuangkan hak-hak buruh dan masyarakat tak bisa di bendung.
Penulis : Rasmin Jaya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H