Mohon tunggu...
Mini Praise
Mini Praise Mohon Tunggu... -

A beautiful country in Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ketika Senja Menawarkan Luka

18 Mei 2016   12:06 Diperbarui: 20 Mei 2016   14:46 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senja hari ini terasa sangat tidak sejuk meskipun matahari sudah menenggelamkan dirinya. Flo berjalan lambat menuju cafe Oak, tempat yang penuh dengan kenangan. Kenangan dirinya dan mantan kekasihnya yang kini menjadi milik orang lain.

Tapi kini Flo menemuinya, sebenarnya dulu ketika pria itu  memberitahu Flo bahwa mereka akan berpisah, Flo berjanji bahwa dia tak mau lagi bertemu dengannya. Tapi janji itu hanya tinggal janji. Kini Flo bersiap menatap kembali matanya.

Mata Flo menjelajah mencari seseorang yang dua tahun lalu pernah mengisi hari-harinya. Ah, akhirnya Flo menemukannya. Tubuhnya tampak lebih subur, mungkin sekarang dia sangat bahagia, pikir Flo.

"Hai, apa kabar?" Flo menyapa lebih dulu.

"Baik," katanya singkat.

"Lagi ada proyek di Jakarta?"

"Nggak."

"Ada keperluan apa di Jakarta?"

"Nggak ada perlu apa-apa," katanya datar.

"Terus ngapain ke sini?"

"Cuma mau ketemu kamu aja," jawabannya tetap datar.

Flo terheran dengan jawaban itu. Flo tahu ia tidak berbohong, pancaran matanya menyiratkan kejujuran yang dulu selalu dilihatnya, dan wajah sendunya sore ini sangat mengiris hati Flo. Tapi tentu saja Flo tidak berani menanyakan lebih jauh mengenai kehadirannya di hadapan Flo karena itu memang yang terbaik. Bertemu dengan mantan pacar yang telah menjadi suami orang lain di tempat yang dulu menjadi favorit mereka adalah hal yang menyakitkan jika istrinya tahu.

Mereka terdiam. Sampai pelayan datang ketiga kalinya menanyakan pesanan mereka karena belum ingin minum.

"Maaf, pak, ingin pesan apa?" Si pelayan cafe menyodorkan secarik kertas menu.

"Coffee late," kata mereka  berdua serentak kemudian saling bertatapan.

Iya, itu dua saja, ya," katanya.

"Apakah ada yang lain?" Si pelayan cafe bergantian menatap mereka.

"Tidak, itu dulu. Nanti kalau ada tambahan akan kami panggil," katanya.

Tak sampai lima menit pesanan mereka sudah sampai. Flo segera menyeruput minuman favorit mereka walaupun masih panas. Bibirnya sudah terbiasa tak mengeluh dengan suhu kopi itu.

Satu jam berlalu. Mereka masih dilanda kebisuan. Kopi Flo sudah habis sejak tadi, tetapi mereka masih duduk mematung menikmati sore yang tak biasa. Flo memperhatikan mata pria di hadapannya nampak semakin sendu jika setiap kali tatapan mata mereka bertabrakan. Flo merasa ada beban berat di pundaknya. Tapi Flo enggan menanyakannya. Dan pria itupun tak berinisiatif membuka mulutnya.

"Kalau nggak ada urusan lain, aku pulang dulu, ya?" Flo mencoba mencairkan suasana.

"Ok," katanya ringan.

Flo menatap mata pria ini sekali lagi kemudian bangkit berdiri meninggalkannya. Ada rasa pilu meninggalkan pria yang dulu selalu menceritakan setiap hal padanya, rasa itu seperti sebuah sayatan pisau di hatinya.

Sore ini pria itu datang menawarkan luka yang terpancar di matanya, tapi Flo memilih membulatkan tekadnya untuk tak mau mengetahui cerita pria itu lebih banyak karena sedikit saja memberi ruang baginya bercerita itu berarti lukanya akan semakin bertambah berat.

"Bukan begini caramu menyikapi gelombang bahtera rumah tangga, melihatku mungkin kau pikir akan membantu segalanya? Tidak. Aku tak ingin membuka luka baru karena apa yang telah dipersatukan Tuhan dalam ikatan suci tidak boleh diceraikan manusia," kata Flo dalam hatinya sambil terus mempercepat langkahnya meninggalkan tempat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun