Mohon tunggu...
rasikha tsabita husna
rasikha tsabita husna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta - FDIKOM -Pengembangan Masyrakat Islam

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keseimbangan antara Ibadah dan Muamalah

9 November 2024   17:05 Diperbarui: 9 November 2024   18:30 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibadah merupakan  kebutuhan  rohani seseorang, jika  kebutuhannya tidak  terpenuhi  akan menyebabkan ketidak seimbangan  dalam kehidupan, kebutuhan  rohani  seperti  shalat, puasa, zakat dan amalan-amalan 'ubudiyah yang lain, secara tidak langsung akan mendatangkan ketenangan dan kedamaian  dalam  jiwa.

Selain manusia memerlukan ibadah untuk memenuhi kebutuhan rohaninya, manusia juga memerlukan  masyarakat untuk  memenuhi  kebutuhan  sosialnya. Manusia  tidak  dapat  hidup sendiri, dia butuh hidup  bermasyarakat. Hukum Islam  mengakui  hal  tersebut, sehingga  tidak hanya mengatur tentang ibadah yang  merupakan hubungan  vertikalnya  dengan  tuhan,  hukum Islam  juga  mengatur  tentang  ibadah  horisontal  yang  mengatur  hubungannya  antar  sesama manusia. (Yudi Ariyanto, 2019, hlm. 44)

Tidak cukup hanya terpenuhinya ritme ibadah dalam diri manusia, melainkan  juga dituntut  pada terpenuhinya aspek sosial, aspek sosial yang menekankan  sikap  toleran  terhadap sesama makhluk, dalam arti aspek muamalah mengatur bagaimana pentingnya berbuat baik dan menempatkan diri  pada  posisi  semestinya  dalam  berinteraksi  dengan  sesama.  Terpenuhinya aspek muamalah menjadi sangat penting bukan hanya sebagai pelengkap unsur ubudiyah, akan tetapi  karena ia merupakan manifestasi dari  kebenaraan ritual ubudiyyah.

Islam menetapkan apabila nilai-nilai perbuatan manusia tidak kembali kepada  kemanfaatan  dan kebaikan atau tidak berfaedah bagi masyarakat, maka tidak ada kebaikan dalam ibadah-ibadah yang sudah dilaksanakannya. (As-Sidqy:408) Misalnya, jika seseorang hanya rajin beribadah, dia selalu  mengerjakan  shalat-sunnah, puasa-puasa  sunnah, dan  ibadah-ibadah yang lainnya, tetapi tidak pernah berbuat baik dalam bidang sosial  kemasyarakatan,  maka  sebenarnya  ibadahnya tidak  berarti. Dalam hal  ini  dapat  kita  pahami  bahwa  Allah  selalu  mengaitkan  segala  sesuatu terhadap perbuatan manusia. Karena memang tujuan hukum Islam sendiri adalah untuk menjaga manusia.

Dalam  hal mu'amalah hendaknya  manusia  dapat  berkreasi  dan  mengembangkan dirinya  untuk  kepentingan  sosial  dan  kemajuan  manusia. Selalu  mengutamakan  kepentingan individual  dalam  hal  ibadah  dan  mengutamakan  kepentingan  sosial  dalam  bidang  muamalah, bukan hal yang bertentangan satu sama lainnya, melainkan dua hal yang saling melengkapi untuk mencapai suatu keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat dalam hukum Islam.

Dalam  menjalankan  keseharian, penting  bagi  kita  untuk  mengingat dua prinsip  di  atas. Ibadah  tidak  dapat  dilakukan  dengan  sekehendak  hati  kita  karena  semua  ketentuan  dan aturan telah ditetapkan dalam Al-Quran dan Sunnah, serta contoh dan tatacaranya telah diajarkan oleh Rasulullah SAW semasa hidupnya. (Yudi Ariyanto, 2019, hlm. 46)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun