Mohon tunggu...
Riri Asrhy
Riri Asrhy Mohon Tunggu... -

tulislah apa yang ada di dalam pikiranmu sekarang, tidak harus secepatnya berguna, tapi suatu saat nanti pasti akan berarti ---

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Takut

29 Maret 2014   21:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:19 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya saya takut menulis. Itu adalah ungkapan paling jujur saya. Tidak seperti kesukaan saya pada menulis, rasa takut saya jauh lebih besar. Saya takut orang lain akan mengenal saya. Saya takut orang lain akan berpikir tentang sesuatu yang tidak saya tahu dan tidak saya suka. Saya takut isi hati saya akan diketahui orang lain. Saya pun jadi takut menulis.

Tumpukan tulisan saya hanya menjadi pajangan di dalam folder-folder tak bergerak di dalam memory komputer. Sekali terkena virus, maka semuanya hilang. Beda jika saya berani mempublikasikannya. Berani membiarkan orang lain membacanya. Maka, tulisan saya meskipun tidak diingat bahkan diingat, tetapi setidaknya pernah di baca.

Katanya “tidak perlu berguna sekarang, suatu saat nanti pasti akan berguna.”

Katanya “kamu adalah apa yang kamu tulis”

Itu adalah ketakutan terbesar saya, ketika semua orang mengenal saya. Kenapa saya begitu takut orang lain mengenal saya. Seolah selama ini saya bersembunyi. Seolah selama ini saya hanya tinggal dengan topeng palsu. Seolah selama ini saya adalah seseorang yang sebenarnya tidak boleh diketahui khalayak ramai.

Tapi, saya hanya orang biasa. Lahir di kota kecil namun memiliki impian besar. Saya hanya orang biasa yang tidak bersembunyi. Saya hanya agak minder dengan ketidakpunyaan saya. Saya hanya pesimis dengan apa yang saya pikirkan. Saya hanya merasa kecil di antara dunia yang besar dan penuh intrik.

Saya akhirnya takut menulis. Takut membuka pikiran. Takut menyuarakan pendapat.

Tapi, takut saya bukan hanya pada menulis. Saya sebenarnya takut pada kata takut itu sendiri. Rasa takut yang saya rasakan menjadikannya sebagai kalimat yang entah mengapa mengalir dengan sendirinya bahkan tanpa saya saya pikirkan. Ia menjadi bersahabat dengan lidah saya. Sehingga tidak heran sebagian besar jawaban saya untuk pertanyaan orang lain adalah takut.

Saya benci sekali dengan takut. Dia tidak semengerikan yang kalian bayangkan. Dia sangat mengerikan. Mengikatmu dalam ketidakberdayaan. Mengunci mulutmu untuk mengatakan yang benar dan mengunci dirimu untuk melakukan yang bijak. Takut menggerogotimu hingga kakimu tidak mampu melangkah. Menghambatmu menuju masa depan yang kamu impikan.

Tapi, takut ternyata tidak salah. Ia sebenarnya tidak ada. Ia ternyata adalah dirimu sendiri. Saya sendiri yang telah menciptakannya. Saya sendiri yang membuat takut itu ada. Maka, cara terbaik untuk mengalahkan rasa takut itu adalah dengan melakukan hal-hal yang kita takutkan (Rumah di Seribu Ombak). Sehingga sampailah saya pada keputusan untuk menulis ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun