Hari-hari Nasional di Indonesia memiliki beberapa jenis. Masyarakat memiliki cara unik untuk memperingati hari-hari Nasional itu. Setiap bulan pasti ada tanggal khusus penanda hari Nasional, contohnya Hari Kartini, Hari Pahlawan, dan sebagainya. Selain itu, ada pula hari-hari nasional yang khusus untuk memperingati bahasa dan sastra, contohnya Hari Buku Nasional, Hari Puisi Nasional, dan Bulan Bahasa.
Hari Puisi Nasional diperingati setiap tanggal 28 April. Peringatan tersebut tidak lepas dari sosok penyair terkenal asal Indonesia, Chairil Anwar. Hari Buku Nasional dirayakan setiap 17 Mei. Alasan utama dari Peringatan Hari Buku adalah untuk meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia. Sedangkan Bulan Bahasa dan Sastra diperingati setiap Oktober. Ketiganya merupakan peringatan khusus untuk bahasa dan sastra.
Hari Puisi Nasional
28 April ditetapkan sebagai Hari Puisi Nasional untuk mengenang wafatnya Chairil Anwar pada 28 April 1949. Sebab utama dipilihnya tanggal tersebut karena Chairil Anwar merupakan sosok yang melegenda karena melahirkan karya-karya ternama di kalangan penyair nasional.
Chairil Anwar merupakan salah satu orang yang berpengaruh pada perkembangan sastra di Indonesia. Pria itu memulai karirnya dari majalah Gema. Selain itu, Chairil juga gemar membaca puisi dan sajak-sajak dari luar negeri hingga memahami artinya.
Karyanya yang paling berpengaruh pada perkembangan sastra khususnya puisi adalah puisi yang berjudul Aku. Puisi itu dianggap sangat berani dan bebas. Puisi itulah yang mengawali lahirnya puisi modern. Puisi legendaris tersebut berisi tentang perlawanan terhadap penjajah sehingga berhasil menyulut api semangat di masyarakat dan juga para penyair kala itu.
Berkat revolusi sastra dari Chairil Anwar, kita sekarang dapat melihat puisi-puisi modern yang lebih bebas pembuatannya. Puisi modern sangat berbeda dengan puisi lama yang mementingkan aturan. Dalam puisi modern, penyair dapat lebih leluasa berekspresi menggunakan kata-kata. Penyair modern yang terkenal seperti alm. Sapardi Djoko Damono telah menggugah hati pembacanya dengan kata-kata yang dirangkai dengan indah.
Dengan adanya Hari Puisi Nasional ini, saya harap masyarakat dapat lebih mengapresiasi berbagai bentuk puisi dan juga sastra lainnya. Karya sastra di Indonesia sedang berkembang dan banyak sekali kaum muda yang memiliki bakat di bidang ini. Mereka menciptakan karya dan mengunggahnya secara daring agar dapat dibaca oleh masyarakat luas.
Hari Buku Nasional
Hari Buku Nasional ditetapkan pada 17 Mei. Harian Kompas pada Senin (20/5/2002) menyatakan Menteri Pendidikan Nasional Abdul Malik Fadjar menetapkan Harbuknas pada 17 Mei. Menurutnya, Indonesia masih terjebak pada tradisi lisan dan sedikit membaca.
Kemampuan literasi masyarakat Indonesia masih rendah, begitu pun dengan minat baca mereka. Oleh karena itu, Hari Buku Nasional diharapkan dapat meningkatkan kemampuan literasi masyarakat dan juga mknat baca mereka. Masyarakat juga dapat saling bertukar buku di Hari Buku Nasional itu. Dengan begitu, minat baca masyarakat dapat meningkat.
Selain untuk meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia. Hari Buku Nasional juga diharapkan dapat meningkatkan penjualan buku di Indonesia. Buku seringkali menjadi objek yang menurut masyarakat itu tidak penting padahal di dalam buku banyak sekali ilmu yang dapat diambil sebagai pelajaran untuk kehidupan. Buku adalah jendela dunia bukan hanya peribahasa atau frasa yang sepele. Kalimat itu merupakan fakta dari fungsi buku itu sendiri.
Pada Hari Buku Nasional, banyak masyarakat bahasa dan sastra yang menyuarakan agar tidak membajak buku karena melanggar hak cipta. Selain itu, mereka juga menyuarakan untuk lebih sering membaca buku.
Bulan Bahasa dan Sastra
Bahasa Indonesia adalah salah satu alat untuk mempersatukan bangsa Indonesia sehingga setiap daerah dapat berkomunikasi tanpa adanya rintangan perbedaan bahasa. Bahasa Indonesia juga merupakan salah satu bagian dari ikrar Sumpah Pemuda yaitu “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, Bahasa Indonesia”. Bahasa Indonesia lahir sebagai bahasa persatuan setelah Sumpah Pemuda diikrarkan pada 28 Oktober 1928.
Kelahiran bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan di bulan Oktober membuat Oktober dikenal sebagai bulan bahasa di Indonesia. Pada bulan bahasa, masyarakat kerap melakukan kegiatan dengan tema “bahasa dan sastra”. Kegiatan seperti itu biasanya diadakan oleh lembaga-lembaga pendidikan, kementrian, dan sebagainya.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa mengadakan Bulan Bahasa seiap Oktober sejak 1980. Bulan bahasa diadakan dengan tujuan meningkatkan upaya pemasyarakatan bahasa dan sastra di Indonesia. Kala itu namanya hanya Bulan Bahasa. Barulah pada 1989 Bulan Bahasa diubah menjadi Bulan Bahasa dan Sastra. Itu berarti nama Bulan Bahasa dan Sastra sudah digunakan selama 32 tahun. Namun sepertinya masyarakat lebih akrab dengan nama sebelumnya yaitu Bulan Bahasa.
Kegiatan yang sering dilakukan pada Bulan Bahasa diantaranya seminar bahasa, perlombaan penulisan karya-karya ilmiah, debat ilmiah, pembacaan karya sastra, perlombaan penulisan karya-karya sastra, dan sebagainya. Tentunya kegiatan-kegiatan itu akan menambah wawasan dan mewadahi bakat dari anak-anak yang mengikutinya.
Pada dasarnya diadakannya lomba-lomba bertajuk bahasa dan sastra tidak lain hanya untuk memperingati bulan bahasa dan menyebarkan sastra. Kegiatan perlombaan seperti itu dapat menarik minat anak-anak muda untuk belajar tentang sastra dan bahasa. Selain itu, perlombaan itu juga dapat mewadahi bakat anak-anak di bidang bahasa dan sastra.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H