Akhir-akhir ini kita dapat menemukan banyak berita atau kejadian di antara umat islam.
Contohnya, ada seseorang yang dianggap tokoh agama oleh masyarakat, ketika waktu zhuhur di Indonesia tiba, dia mengaku-ngaku bahwa dia shalatnya di Masjidil Haram, Mekkah. Padahal jelas, di Arab Saudi waktu zhuhur belum tiba ketika di Indonesia sudah masuk waktu zhuhur. Karena memang perbedaan zona waktu.
Anehnya, masyarakat pada percaya kalau tokoh agamanya telah melakukan shalat zhuhur di Masjidil Haram. Sebenarnya juga, sebelum waktu zhuhur si tokoh agama tersebut ada di antara mereka, di Indonesia. Setelah shalat juga sama. Tapi, mereka meyakini bahwa dia shalat di Masjidil Haram.
Kalau ditanyakan kepada mereka, "Mana mungkin? Di Arab Saudi masih jam 8, masih pagi, belum masuk waktu zhuhur, tapi kok bisa-bisanya sekarang sudah selesai shalat zhuhur di Masjidil Haram." Pasti mereka bilang, "Mungkin, level beliau sudah jauh beda daripada kita. Jadi, apa saja yang tidak mungkin buat kita, mungkin buat beliau." Kurang lebih seperti itu ilustrasinya.
Itu membahas sifat manusia yang mereka ada-adakan, tidak ada sumber yang jelas. Sedangkan ketika membahas sifat-sifat Allah yang sudah tertera dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah, mereka malah tidak mempercayainya.
Tidakkah ini sebuah keanehan? Giliran manusia bisa melakukan hal yang tidak bisa kita bayangkan dipercaya. Giliran Allah, Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, malah tidak dipercaya. Padahal mah jelas-jelas bahwa Dia itu Sang Pencipta. Harus beda daripada ciptaan-Nya. Tidak boleh sama.
Contoh saja, ketika dikatakan bahwa "Allah bersemayam di atas arsy." Mereka malah memikirkan bagaimana bersemayamnya Allah. Mereka juga ketakutan kalau mereka percaya itu, mereka seakan-akan meyakini bahwa Allah itu butuh terhadap arsy.
Juga ketika dikatakan bahwa "Allah punya tangan dan wajah." Mereka malah mengakui bahwa tangan itu maksudnya kekuasaan, wajah maksudnya keridhaan. Karena kalau memang memiliki tangan dan wajah, berarti Allah mirip seperti makhluk-Nya.
Ujung-ujunganya tidak mempercayai sifat Allah yang semestinya. Padahal telah disebutkan seperti itu dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Ingat-ingat lagi, bahwa Allah tidak pernah sama sekali memerintahkan kita untuk memikirkan bagaimana sifat-Nya. Allah hanya memerintahkan untuk mengimani saja. Tidak perlu memikirkannya.