Sang Kakek di Pusaran KehidupanÂ
"Sesaat di Halte Wifi.Id Padjajaran Bogor.
Senin, 12 Agustus 2019
Sedih rasanya ketika seorang kakek tua, mungkin usianya sekitar 70 tahun-an dengan barisan gigi yang terlihat tidak utuh lagi dan rambut acakan yang lebih dari setengahnya memutih. Berdiri dengah setengah gagahnya di pinggir  simpang jalan Raya Padjajaran dengan jalan Papandayan Bogor.  Sang Kakek, sambil tersenyum mendekati saya dan berkata dengan agak ragu. Punya rokok Kang ? Dengan perasaan sedih sambil tersenyum tawar, saya mengatakan, "Lagi nggak punya juga Mang" ! Sebatang rokok terakhir saya,  telah saya habiskan sekitar sejam yang lalu. Sedih banget rasanya, memandang wajah sang kakek yang telah dengan cepat bergegas pergi meninggalkan saya, ketika melihat ada mobil menyalakan lampu sign nya untuk berbelok ke arah jalan Papandayan. Â
Sang kakek di usia senja seperti itu masih terus dan harus bekerja sebagai juru parkir informal di pertigaan jalan Padjajaran dan Papandayan Bogor. Â Terlihat sang kakek, menyeruput segelas susu putih di bekas gelas aqua yang katanya, inipun masih ngutang dulu. Â Terlihat beberapa helai uang ribuan terselip di kantung kemejanya yang telah mulai lusuh. Â Mungkin sang kakek baru memperoleh 5 ribu atau mungkin paling banyak belasan ribu sepanjang hari yang mulai akan berakhir ini. Sementara mentari hari ini telah mulai bergulir tergelincir ke arah barat sebagai pertanda bahwa hanya tinggal sepenggal waktu lagi kesempatan sang kakek untuk dapat tambahan uang lembaran 2000 an.Â
Sepenggal episode hari ini, mengajakku untuk refleksi lagi tentang kehidupan. Â Memang setiap orang punya takdirnya sendiri-sendiri. Â Meskipun sekuat apapun dia berusaha. Saya tidak begitu setuju bahwa jika ada seseorang yang belum beruntung dalam kehidupan ekonominya maka kita akan mencap bahwa mereka orang-orang yang malas bekerja. Â Di sepanjang perjalanan pengembaraan saya, begitu banyak orang yang saya temui, telah bekerja begitu keras dan gigih tetapi nasib baik belumlah jua berpihak pada mereka.Â
Dan ada begitu banyak orang yang sepanjang hidupnya sangat beruntung, dengan hanya "berpangku tangan" atau hanya bekerja dengan sekedarnya tetapi memiliki dan bisa menikmati kemewahan ekonomi yang tak terbatas. Â Tetapi inilah kehidupan, apapun itu, mari kita syukuri yang kita bisa punya dan kita miliki. Â Karena sesungguhnya, kesemuanya itu adalah absurd adanya. Â Tidak ada kepemilikan yang mutlak, karena semuanya akan kembali kepada ketiadaaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H