Mohon tunggu...
Aditira
Aditira Mohon Tunggu... Konsultan - Pengembara kehidupan yang mencoba berbuat sesuatu yang lebih baik bagi kehidupan ini

Kehidupan ini akan berjalan seperti apa adanya. Baiknya tidak terlalu memaksakan diri diluar kemampuan kita.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Semalam di Cafe Filantropi Palangkaraya

1 Agustus 2019   10:39 Diperbarui: 1 Agustus 2019   10:54 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cafe Filantropi, agak berkerut juga kening ini, mencoba memahami kenapa pemiliknya mempromosikan nama itu. Menurut kamus Wikipedia,  Filantropi (bahasa Yunani: philein berarti cinta, dan anthropos berarti manusia) adalah tindakan seseorang yang mencintai sesama manusia serta nilai kemanusiaan, sehingga menyumbangkan waktu, uang, dan tenaganya untuk menolong orang lain. 

Istilah ini umumnya diberikan pada orang-orang yang memberikan banyak dana untuk amal. Biasanya, filantropi seorang kaya raya yang sering menyumbang untuk kaum miskin.  

Jadi bisa dikatakan cafe ini adalah cafe amal untuk orang miskin.  Padahal sebagai sebuah cafe biasanya lebih kepada bisnis mencari keuntungan semata, tidak pakai embel-embel sosial.  

Tetapi mungkin pemiliknya tengah mengembangkan strategy bisnis sosial lagi lagi ngetrend saat ini.  Hanya ownernya yang tahu kenapa mengunakan nama itu tetapi yang jelas tumbuh dan berkembangnya cafe dan tempat seperti ini di hampir semua kota di Indonesia diluar Jakarta, sangat membahagiakan dan membangkitkan semangat banyak orang untuk terus mengembangkan kreatifitas dan inovasi dalam menatap masa depan. 

Cahaya lampu neonnya,  begitu kuat dan  terang benderang menyeruak dari lantai 2 sebuah bangunan menembus kegelapan malam dan celah-celah diantara beberapa pohon yang tumbuh di sisi kanal yang memang banyak terdapat di Kota Palangkaraya ini. 

Kuatnya cahaya lampu itu juga karena kondisi jalan Yos Sudarso 3 adalah merupakan jalan yang relatif kecil dan tidak mempunyai lampu penerangan jalan yang menghubungkan antara jalan Yos Sudarso dan jalan Galaxy yang merupakan jalan besar di Kota Palangkaraya ini. 

 Sepertinya, sang pemiliki Cafe Filantropi ini sangat memahami strategy markerting terkait cahaya diantara kegelapan untuk menarik perhatian konsumen.  

Untuk menuju ke tempat ini, dengan mengunakan ojol, langsung bisa ditemukan lokasinya yang sesungguhnya tidak begitu jauh dari bundaran besar Palangkaraya yang menjadi pusat kota Propinsi Kalimantan Tengah ini. 

Menikmati malam yang dingin di kota khatulistiwa ini, apalagi saat ini sedang musim kemarau, siang akan sangat panas dan sebaliknya diwaktu malam dingin makin mengigit, akan menghangatkan jika kita memesan minuman tradisional dingin yang bahan bakunya dari sorghum lokal yang banyak ditanam oleh petani-petani dayak di Kalimantan ini maupun dari buah-buahan lokal yang diolah menjadi semacam wine lokal yang memang secara tradisi banyak dibuat oleh komunitas dayak di kampung-kampung yang jauh puluhan dan ratusan kilometer letaknya dari Palangkaraya ini.  Meskipun belum sempat ke kampung-kampung itu, kita bisa mencoba cita rasanya di cafe ini. 

Menu lain, yang berbeda adalah kopi dengan berbagai varian olahannya yang biji kopi juga berasal dari kampung-kampung dayak di Kalimantan.  

Suasananya yang tidak hinggar binggar menjadikan tempat ini cocok untuk orang yang ingin melepas malam sambil ngobrol santai.  Begitu banyak ide dan inspirasi serta juga mungkin kesepakatan-kesepakatan penting yang bisa dilahirkan dari obrolan di cafe ini yang hanya buka dari jam 5 sore sampai jam 12 malam.  

Pun begitu, kata pemiliknya, jika ada konsumen yang ingin ngobrol serius, semacam meeting atau pertemuan kecil, cafe ini dapat menyiapkan dan menata ruangnya, lengkap dengan peralatan meeting seperti in focus dan sound systemnya. 

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Jarum jam telah melewati angka 12 malam.  Namun, 3 meja masih asyik ngobrol, mungkin mahasiswa atau aktifis NGO yang sedang  semangat mendiskusikan impian mereka.  Malam ini telah berakhir, pagi akan segera menjelang.  

Sepenggal malam di Cafe ini telah melahirkan semangat baru untuk terus melangkah dengan segala pesan dan hikmah yang tertangkap dari episode ini.  

Selamat dan sukses buat sang pemilik cafe dengan semua impian dan harapannya.   Kami pun pamit, karena esok hari akan menjalani episode lain, journey ke 10 kampung petani rotan di kabupaten Katingan di Kalimantan Tengah  yang saat ini tengah mengembangkan inisiatif "ROLEs"-Rotan Lestari. 

Rotan yang dikelolah secara lestari oleh petani dikebun-kebunnya akan dinilai dan disertifikasi oleh "ROLES' agar dapat dipasarkan dengan produk akhirnya berupa kerangjang rotan  ke pembelinya di Belanda.  

Bogor, 01 Agustus 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun