Saya mulai diajarkan untuk menabung pada saat memasuki sekolah dasar. Saat itu kami mempunyai satu buku tabungan yang berlaku dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 SD.
Cara menabungnya dilakukan sesuai dengan jadwal sekolah. Hal ini membuat orang tua saya memberikan uang jajan dengan porsi sebagian untuk ditabung di sekolah. Namun jika saya mempunyai rejeki yang diberikan oleh saudara saya, misalnya pada saat hari raya, saya berinisiatif untuk menyisihkannya ke dalam tabungan.
Setiap akhir tahun, pada saat pesta perpisahan sekolah, akan diumumkan juara terbesar dan tersering menabung pada setiap tingkatan. Saya masih ingat bahwa tidak harus menjadi juara kelas untuk mendapatkan kesempatan maju di depan panggung pesta.
Hadiah untuk juara terbesar dan tersering menabung biasanya mirip dengan juara kelas. Peralatan tulis menulis yang lengkap. Bedanya hanya tidak mendapatkan piagam seperti yang diberikan pada juara kelas.
Setelah besar saya baru menyadari bahwa hadiah yang diberikan kepada kami tentu berasal dari bunga yang diberikan oleh bank. Hal ini mengingat jumlah tabungan yang saya ambil pada saat kelas 6, sangat sama dengan yang tertera dalam buku tabungan. Tidak ada penambahan yang berasal dari bunga walaupun yang saya ketahui semua uang tabungan sekolah disimpan secara kolektif di bank oleh salah satu guru saya.
Tabungan Mahasiswa Yang Berfungsi Sebagai Sarana Bertransaksi antara Mahasiswa dan Kampus
Tepat ketika saya memasuki bangku kuliah, akhirnya saya pun dipaksa untuk mempunyai tabungan atas nama sendiri di bank yang mempunyai kerjasama dengan kampus. Disinilah saya mulai mengenal bahwa dalam menabung saya bisa mendapatkan bunga dan juga dikenakan biaya pemeliharaan per setiap bulannya.
Sebagian uang beasiswa saya akhirnya saya masukkan juga dalam tabungan mahasiswa saya. Tabungan kala itu berfungsi untuk menerima transfer bulanan dari orang tua serta membayar spp semester kuliah. Tentu saja cara paling praktis untuk melakukan transaksi saat itu adalah menggunakan atm.
Buku tabungan kami gunakan bila mengambil uang tabungan dalam jumlah yang besar. Jumlah atm bank yang terbatas serta masih ada kekhawatiran pembobolan di mesin atm, membuat saya lebih menyukai mengambil uang di bank jika jumlahnya besar.
Dapat disimpulkan bahwa fungsi tabungan saat itu adalah murni untuk bertransaksi. Era wesel kala itu sudah hilang sehingga bank akhirnya menjadi satu-satunya tempat untuk bertransaksi antara mahasiswa dan pihak kampus.Â
Tabungan Pegawai Yang Berfungsi Sebagai Sarana Transaksi Pembayaran Gaji Karyawan
Ketika saya mulai bekerja, lagi-lagi saya dipaksa untuk membuka tabungan di perusahaan dengan bank yang memiliki kerjasama dengan perusahaan. Bank yang ditunjuk ternyata berbeda dengan bank pada saat saya masih mahasiswa.
Tabungan pegawai berfungsi untuk menerima pembayaran gaji dari perusahaan. Dikarenakan saat itu saya bekerja di pabrik, dapat dibayangkan bahwa pergi ke bank ataupun atm adalah hal yang rutin kami lakukan setiap bulan.
Konsep menabung yang sesungguhnya baru saya rasakan pada saat bekerja. Saya betul-betul ingin mempunyai tabungan yang dapat saya gunakan untuk kebutuhan pribadi saya dan tentunya untuk kebutuhan mendesak.
Di awal tahun 2000-an, internet banking masih belum booming seperti saat ini. Kami hanya bisa bertransaksi melalui ATM yang jumlahnya pun masih terbatas. Sehingga untuk melihat transaksi keuangan per bulan biasanya saya sengaja mem-print buku tabungan setiap bulan. Pergerakan pendapatan dan pengeluaran dapat terlihat melalui buku tabungan saya.
Di pertengahan tahun 2000-an, barulah era internet banking dimulai. Saya pun mulai menggunakan internet banking untuk bertransaksi. Lebih mudah dilakukan dan tidak merepotkan. Mempunyai token salah satu bank membuat kita dapat bertransaksi tanpa harus pergi ke atm. Atm sudah mulai berfungsi hanya untuk mengambil uang tunai.
Kala itu saya pun sudah mulai mengecek berapa kira-kira bunga yang saya dapatkan jika mempunyai saldo tertentu. Bunganya memang tidak besar, namun menurut saya tabungan adalah produk keuangan yang paling aman dan mudah untuk dicairkan.
Dengan menabung di bank, saya dapat bertransaksi kapan pun. Dan sangat mudah, tidak ada pinalti maupun resiko dalam menabung di bank. Berbeda dengan deposito yang mempunyai jangka waktu dan system pinalti.
Tabungan Rencana Yang Berfungsi Untuk Mencapai Tujuan Tertentu
Salah satu keinginan saya adalah melanjutkan kuliah ke jenjang S2. Setelah melakukan pencarian dari berbagai sumber, akhirnya saya mulai memutuskan untuk membuka tabungan rencana dalam jangka waktu satu tahun.
Tabungan rencana membuat saya mau tidak mau harus menyisihkan uang saya dalam jumlah tertentu dalam jangka waktu yang disepakati. Saya sengaja menggunakan autodebet sehingga saya tidak harus repot untuk menabung setiap bulan.
Lagi-lagi tabungan adalah produk yang paling aman. Aman karena uang saya dapat disimpan di bank yang terjamin oleh LPS (Lembaga Penjamin Simpanan). Saya tidak khawatir akan kehilangan uang yang tidak pernah kita prediksi.
Tabungan Saat Ini Bukan Sekedar Buku Tabungan dan ATMÂ
Di era akhir 2000-an, mulailah adanya era mobile banking. Dengan adanya ponsel pintar (smart phone) dan kemajuan teknologi, maka menabung tidak sekedar lagi produk keuangan yang konvensional.
Sesuai dengan namanya, mobile banking sangat berguna bagi pengguna yang mobilitasnya tinggi. Jika internet banking masih membutuhkan token yang terkadang lupa untuk dibawa, maka mobile banking dapat mengakomodasi kekurangan hal ini.
Saat ini dengan adanya mobile banking saya bebas bertransaksi kapan pun, saya dapat memantau jumlah pengeluaran dan pendapatan saya. Dan yang paling penting adalah aman.
Kenapa mobile banking aman ? Hal ini mengingat jika kita mengalami penggantian ponsel, kita wajib untuk melakukan verifikasi lagi pada saat install di ponsel baru. Penggunaan PIN sebagai verifikasi tetap harus dilakukan dalam transaksi mobile banking.
Rasanya saat ini hampir semua orang mempunyai ponsel pintar. Dengan adanya ponsel pintar, seharusnya penggunanya pun dapat memanfaatkan kelebihan dari ponsel pintar. Salah satunya adalah penggunaan mobile banking dalam ponsel. Disadari atau tidak, saat ini ponsel adalah bagian dari hidup kita. Maka ayo kita maximalkan fungsi dari ponsel pintar.
Memang melakukan investasi adalah tindakan yang cerdas. Namun faktor external misalnya pandemi ataupun kerugian nilai investasi bisa saja terjadi pada setiap orang.
Menurut saya, seorang yang mempunyai tipe agresif maupun moderat pun tetap harus berpikir konvensional untuk mengecilkan resiko yang akan dihadapi. Resiko yang kecil adalah salah satu langkah agar makroprudensial aman terjaga, apalagi dalam kondisi yang penuh ketidakpastiaan saat ini.Â
Dan salah satu produk keuangan yang harus dimiliki adalah tabungan. Apapun bentuk tabungannya, menabung tetap lebih aman dan mempunyai resiko paling kecil. Dengan Memanfaatkan produk keuangan secara maximal tentu saja dapat menjaga stabilitas sistem keuangan kita.
Pandemi masih belum diketahui kapan akan berakhir, namun sambil menunggu perekonomian kita membaik, menabung adalah pilihan yang tepat dan cerdas bagi setiap orang. Saat ini menabung tidak lagi bersifat kuno namun sudah modern dan mengikuti perkembangan zaman. Selamat menabung ! Â
  Â
-RSW/DPK/13072020-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H