Saya pun mulai menggigit satu pierogi dari piring. Kulit pierogi lembut seperti dumpling pada umumnya. Isiannya mempunyai rasa gurih dari keju serta lembut dari kentang. Seperti cita rasa eropa pada umumnya. Cita rasa eropa timur tepatnya.
Cita rasanya unik namun lezat di lidah. Terasa sekali rasa keju dalam setiap gigitan. Tapi bagi saya yang sudah bertahun-tahun memakan dumpling ala Indonesia, rasanya memakan dumpling tanpa saus pedas terasa ada yang kurang di lidah.
Akhirnya pada pierogi yang terakhir saya taburkan cabe bubuk agar cita rasanya bercampur antara rasa eropa dan asia. Sah saja berkreasi dalam cita rasa makanan kan ?
Dan pada saat saya gigit pierogi terakhir saya, hati saya langsung mengatakan 'Alamak, ternyata ini terasa lebih lezat!'. Lidah asia saya memang tidak dapat dibohongi. Tetap saja lebih didominasi oleh cita rasa asia.
Sebagai penutup makan siang, saya menyisip kopi panas pesanan saya. Cita rasa kopi di sini tidak berbeda dengan di Indonesia. Cocok sebagai pelengkap makan siang ini.
Sesudah menikmati semuanya, saya pun langsung pergi ke kasir untuk membayar pesanan saya. Satu piring pierogi adalah 14 Zloty dan satu cangkir kopi adalah 9 Zloty. Totalnya 23 Zloty atau setara dengan 80 ribu rupiah. Masih sesuai dengan budget makan siang saya.
Dari berbagai sumber, pierogi ternyata dapat juga bercita rasa manis yang isiannya terdiri atas buah-buahan. Sayangnya saya tidak mencobanya saat melancong di Krakow.
Semoga saja pandemi corona ini cepat berakhir sehingga saya punya kesempatan untuk berkeliling di Krakow dan menyantap sepiring pierogi manis dengan menggunakan garpu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H