Mohon tunggu...
Rasawulan Sari Widuri
Rasawulan Sari Widuri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Senang berbagi hal yang menarik dengan orang lain

Jakarta, I am really lovin it !

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sepeda Lipat Mahal dan Kaitannya dengan Teori Hierarki Kebutuhan Maslow

23 Juni 2020   16:38 Diperbarui: 24 Juni 2020   16:18 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Bukan rahasia bahwa pandemi corona telah melumpuhkan ekonomi bagi sebagian besar orang, namun ternyata ini tidak berlaku untuk sekelompok kecil orang.  

Yang dimaksud dengan sekelompok kecil ini adalah orang yang sudah mapan secara finansial sehingga pandemi corona tidak menggoyahkan pendapatannya. Dan ini tentunya juga tidak merubah pula pos pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Mengenal TeorI Hierarki Kebutuhan Maslow
Melihat teori hierarki kebutuhan yang diperkenalkan oleh Abraham Maslow, kebutuhan manusia terbagi atas 5 tingkatan. Setiap orang secara teoritis harus dapat memenuhi kebutuhan di tingkat terendah sebelum naik kepada tingkat yang lebih tinggi.

Tingkatan ke-5 atau yang paling rendah adalah kebutuhan fisiologis (physiological needs). Kebutuhan ini bersifat mendasar bagi manusia untuk dapat mempertahankan hidupnya. Sandang, Pangan dan Papan termasuk dalam golongan kebutuhan ini.

Tingkatan ke-4 adalah kebutuhan akan rasa aman (safety needs) yaitu kebutuhan akan  rasa aman secara fisik maupun psikologis. Secara natural manusia membutuhkan kedua rasa aman ini yang membuat manusia merasa terlindungi.

Selanjutnya tingkatan ke-3 yaitu kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang (social needs). Biasanya kebutuhan ini sudah dipenuhi mulai dari manusia lahir misalnya mendapat kasih sayang dari kedua orangtua. Seiring dengan umur, kebutuhan ini meningkat misalnya memiliki sahabat, pasangan hidup dan juga mempunyai keluarga.

Naik ke tingkatan ke-4 adalah kebutuhan untuk dihargai (esteem needs). Biasanya manusia berlomba untuk menciptakan prestasi dan juga memiliki wibawa untuk memenuhi kebutuhan ini. Bagi sebagian orang ketenaran dan reputasi bisa mempresentasikan akan hal ini.

Tingkatan teratas adalah aktualisasi diri (actualization needs) yaitu kebutuhan untuk membuktikan bahwa kita eksis dalam lingkungan. Kelompok ini semakin kecil atau mengkerucut dalam populasi manusia.

Hubungan Teori Kebutuhan dengan Sepeda Lipat Mahal
Akhir-akhir ini demam untuk mempunyai sepeda lipat mahal, salah satunya merk Brompton begitu viral di media sosia. Orang berlomba-lomba untuk membeli sepeda lipat mahal ini bahkan rela untuk membeli secara indent (proses menunggu).

Secara teori ekonomi, indent dapat disebabkan oleh kelangkaan pasokan di bagian hulu (under supply). Pandemi corona yang menghentikan sementara aktivitas pabrik menjadi salah satu pemicunya.

Akibat dari kelangkaan pasokan ini bukan hanya menimbulkan kerugian dari segi waktu pemenuhan yang lebih lama namun juga harga yang semakin meningkat. Harga sepeda lipat yang memang sudah mahal sebelum pandemi menjadi semakin meroket sejak pandemi berlangsung.

Harga sepeda lipat merek Brompton buatan Inggris ini sama dengan harga satu unit mobil city car. Tidak heran jika penggunanya sudah merasa harga dirinya sudah sebanding dengan pemilik mobil.

Dengan alih bergaya hidup sehat, bagi sebagian kecil orang, memiliki sepeda lipat mahal dapat terlihat lebih 'prestise'. Sepeda mahal saat ini akhirnya menjadi barang prestise, membuat harga diri pemiliknya otomatis semakin naik.

Menurut saya, saat ini memiliki sepeda lipat mahal akhirnya menjadi sarana untuk memenuhi kebutuhan di tingkat ke-4 yaitu esteem needs. Mempunyai sepeda lipat mahal dapat membuat kita menjadi tenar atau sebaliknya karena tenar maka kita harus punya sepeda lipat mahal. Tergantung persepsi masing-masing.

Jadi jika anda mau tenar dan sudah mapan secara finansial, apakah anda berkeinginan untuk memiliki sepeda lipat mahal juga?  

 

-RSW/DPK/23062020-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun