Tahun kemarin pada perayaan waisak orang berbondong-bondong memenuhi candi borobudur ataupun candi mendut untuk berdoa. Kali ini berbeda, semua orang merayakan waisak dari rumah masing-masing. Ini sama dengan kondisi umat muslim yang beribadah dari rumah.
Makna waisak sendiri adalah menjalankan ajaran sang Budha, salah satunya adalah welas asih dengan sesama. Ini artinya saling peduli dengan orang lain baik dalam suka dan duka.
Saya teringat bahwa pada saat pertama kali covid melanda di Indonesia, yayasan Budha Tzu Chi otomatis menyalurkan donasi kepada pemerintah. Demikian pula dengan lembaga dari berbagai agama.
Sekali lagi bahwa welas asih atau berbagi tidak hanya berlaku untuk satu agama saja. Ini berlaku di semua agama bahwa kita harus menyayangi sesama, saling berbagi.
Bulan Ramadan bagi umat muslim adalah bulan suci yang penuh rahmat. Begitu banyak kebaikan yang diharuskan dilakukan selama bulan Ramadan yang tentu saja berkelanjutan di bulan berikutnya. Mulai dari puasa selama satu bulan penuh, shalat tarawih sampai dengan berzakat.
Makna puasa bukan hanya menahan lapar, haus dan hawa nafsu semata. Puasa lebih dimaknai untuk merasakan penderitaan orang lain yang kurang mampu. Pada saat berpuasa semua manusia sama kedudukannya. Tanpa memandang jabatan, pangkat atau kekayaan, semua harus menahan lapar, haus dan hawa nafsu.
Berzakat adalah membagikan harta kita kepada kaum tidak mampu. Kita mungkin tidak pernah tahu bahwa harta yang kita miliki terdiri atas harta orang tidak mampu yang dititipkan oleh sang pencipta. Zakat juga bermakna untuk membersihkan harta kita dan ini jelas untuk menghilangkan rasa kikir dalam diri.
Kedua hal tersebut sejalan dengan ajaran Budha untuk berbagi, memberi dan berdana yang sangat bernilai mulia. Berbagi mungkin tidak hanya dalam bentuk materi namun dapat pula dilakukan secara psikologis. Pemberian semangat kemanusiaan bagi team medis merupakan bentuk dari memberi secara psikologis.
Jika dalam islam kita mengenal zakat, dalam ajaran budha disebut sebagai berdana yang dapat materi maupun non materi. Dengan berdana kita belajar untuk ikhlas dan sebagai latihan mengikis egoisme.
Jadi baik Ramadan maupun Waisak sebenarnya berada dalam tujuan yang sama. Belajar untuk saling menyayangi sesama dan juga saling berbagi. Jika kedua hal tersebut dapat dilaksanakan, niscaya kita akan mendapatkan makna yang lebih tinggi yaitu mendapatkan kebahagiaan lahir dan batin.
Semoga ramadan dan waisak dapat dinikmati oleh umatnya dan memberikan banyak hikmah dan makna. Selamat beribadah dengan ikhlas.Â