Pada saat melipat kertas origami, seseorang perlu untuk berkonsenstrasi penuh. Karena lipatan ke dalam atau ke luar akan menentukan apakah suatu kreasi origami dapat sesuai harapan atau tidak.Â
Karena saya belajar otodidak dari youtube ataupun dari artikel di google, mengikuti semua step dengan benar adalah kunci keberhasilan membuat origami.
Bagi saya duduk diam sambil melipat kertas seperti sebuah relaksasi sejenak dari rutinitas. Perasaan cemas biasanya hilang pada saat melipat kertas karena yang timbul dalam pikiran saya adalah bagaimana caranya agar kreasi origami berhasil dibuat.
Belajar Pantang Menyerah
Walaupun sudah membuat kreasi origami bertahun-tahun, ada kalanya saya tidak bisa mengikuti instruksi pembuatan secara benar. Hasilnya ya sudah pasti gagal. Namun jika saya sudah cinta dengan suatu kreasi origami tertentu, biasanya saya akan mengulang terus menerus sampai dengan berhasil.
Jika dianalogikan dalam hidup, ini seperti proses pantang menyerah dalam mencapai suatu tujuan. Menjaga mood sangat diperlukan agar saya tidak menyerah.Â
Salah satu kreasi origami yang membuat saya harus mengulang  berkali-kali adalah pada saat pembuatan sepatu bayi. Saya perlu sekitar lima kali proses pembuatan hingga akhirnya sepatu bayi origami tersebut berhasil saya buat dan saya hadiahkan pada salah satu teman.
Menjaga Saraf Motorik Halus Tetap Bekerja
Seiring bertambahnya usia, pikun menjadi salah satu penyakit yang melanda orang tua. Saya memang masih belum tua namun mencoba untuk menghindari penyakit ini dengan tetap membuat origami. Karena membuat origami pada dasarnya adalah kegiatan yang mengontrol keterampilan kedua tangan dan konsentrasi otak.Â
Origami yang dipelajari oleh anak kecil memang berfungsi untuk mengembangkan saraf motorik halus, namun bagi orang dewasa lebih kepada proses menjaga agar saraf motorik halus tidak mati. Mungkin tidak salah jika origami menjadi sebuah terapi bagi para lansia di Jepang untuk mengurangi kepikunan. Â Â
Mengembangkan Ide Kreatif