Mohon tunggu...
Rasawulan Sari Widuri
Rasawulan Sari Widuri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Senang berbagi hal yang menarik dengan orang lain

Jakarta, I am really lovin it !

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Hikmah Wabah Corona, Budaya Hidup Bersih dan Sehat Berkelanjutan

19 Maret 2020   15:46 Diperbarui: 20 Maret 2020   05:36 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Thinkstockpohotos via KOMPAS.com

Virus Corona menggemparkan semua orang. Dan saat ini hampir semua orang mulai terkena kecanduan kebersihan. Terutama kebersihan tangan yang merupakan salah satu media yang dapat menyebarkan virus.

Hand sanitizer dan masker menjadi barang yang paling dicari oleh hampir semua orang, terutama bagi orang yang tinggal di kota besar di Pulau Jawa.

Flashback mengenai daerah penyebarannya yang dimulai dari Wuhan, salah satu kota di Cina daratan, maka rasanya hal ini sangat masuk akal. Sebagai orang yang sering bepergian dan terbiasa hidup bersih, menurut saya Cina adalah salah satu negara yang dihindari untuk dikunjungi oleh traveler.

Seperti dikutip dari salah satu tulisan Trinity dalam Naked Traveler bahwa penduduk Cina sangatlah jorok, sehingga dia menganjurkan untuk tidak membaca kisah di Cina sambil makan.

Namun hal ini memang benar adanya.

Saya sudah dua kali mengunjungi Cina daratan. Pertama kali menjejakkan kaki ke Shenzen yang berbatasan dengan Hongkong. Dan dua tahun yang lalu saya berkeliling ke Beijing, Xian dan Shanghai.

Saat mengunjungi Shenzen, berbekal kisah dari Trinity, saya sempat was-was dengan kebersihan. Ternyata kenyataannya memang sesuai dengan kisah. Semua toilet umum di Shenzen berbau pesing dan bahkan kita dapat melihat kotoran manusia masih teronggok di dalam toilet umum.

Tidak ada yang salah dengan toilet yang disediakan. Toilet yang ada adalah toilet modern.Terdapat mesin flash, Sabun untuk mencuci tangan pun disediakan. Namun setelah kami selidiki, budaya hidup bersih yang ternyata sulit untuk mereka terapkan.

Jika di Indonesia, satu toilet dapat digunakan sekitar tiga menit untuk satu pengunjung, maka di Shenzen waktu yang diperlukan hanya setengah menit. Dan sangat jarang sekali saya mendengar suara mesin flash dari toilet.

Pada saat keluar dari toilet, pengunjung biasanya langsung pergi tanpa mencuci tangan dahulu. Jadi dapat dibayangkan bahwa pergi ke toilet umum adalah hal yang menyiksa bagi pelancong seperti saya.

Selain baunya yang dapat tercium 3 meter sebelum pintu masuk dan juga khawatir melihat kotoran pada saat membuka pintu toilet. Hal ini pernah saya tuliskan dalam salah satu artikel saya di kompasiana (Hal yang perlu diketahui pada saat akan bepergian ke Tiongkok).

Mengingat pengalaman di Shenzen, saya sempat tidak mau mengunjungi Cina kembali.

Namun akhirnya rasa penasaran untuk menikmati Great Wall dapat mengalahkan rasa jijik saya. Dan berbekal dari pengalaman sebelumnya, maka selama perjalanan saya yang kedua, saya selalu membawa tisu basah serta hand sanitizer.

Kedua benda ini sangat berfungsi pada saat saya akan memasuki toilet ataupun pada saat makan di area street food. Dan kedua benda ini menjadi benda yang mandatory dalam traveling preparation check list milik saya.  

Cina sangat kaya akan pasar traditional dan hampir semua makanan enak dapat dinikmati di jalanan. Namun mengingat saya tidak percaya dengan kebersihan mereka pada saat mencuci mangkuk, sebisa mungkin saya membeli makanan dengan cara take away.

Ini artinya makanan akan disajikan dalam wadah sekali pakai (instant) bukan dalam mangkuk permanen. Atau jika terpaksa makan di restoran, saya selalu membiasakan mengelap piring, sendok dan garpu yang akan saya pakai. 

Berbekal pengalaman itu, saya sebenarnya tidak heran jika virus Corona dapat berkembang begitu cepat di wilayah Cina. Karena wilayah dan penduduknya bisa dikategorikan jorok. Tidak heran virus dan kuman dapat menyebar di mana-mana.

Memang saat ini virus Corona menjadi musuh bagi semua orang. Namun persoalannya, apabila wabah ini telah berakhir, apakah kita akan kembali kepada budaya kita yang lama?

Dan apakah penduduk Cina akan kembali pada budayanya yang lama (jorok)? Saya pasti akan kembali mengunjungi Cina kembali untuk mencari jawaban ini. Namun saya pikir, salah satu hikmah dari datangnya wabah ini adalah membiasakan agar kita hidup bersih dan sehat. 

Semoga selanjutnya kita dapat meneruskan budaya hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari. Karena faktanya banyak virus lain yang dapat berkembang dalam tubuh kita, bukan hanya virus Corona.

Mari biasakan mencuci tangan setelah melakukan kegiatan yang bersentuhan dengan orang banyak serta mulai mengkonsumsi makanan yang sehat. Pembersihan ruang dan transportasi publik dengan desinfektan semoga menjadi agenda rutin.

Penyediaan hand sanitizer dapat berkelanjutan di ruang publik. Penyediaan fasilitas kesehatan yang memadai dapat pula ditingkatkan oleh pemerintah. 

So, Mari lanjutkan budaya bersih mulai saat ini dan seterusnya. Mencegah jauh lebih baik daripada mengobati.    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun