Mohon tunggu...
Rasawulan Sari Widuri
Rasawulan Sari Widuri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Senang berbagi hal yang menarik dengan orang lain

Jakarta, I am really lovin it !

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lenong Rumpi : Sebuah Inovasi Lenong Betawi

13 November 2011   16:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:43 1078
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru saja saya menyaksikan talkshow dengan bintang tamu anggota “Lenong Rumpi”.Dengan diwakili oleh Harry De Fretes, Debby Sahertian, Ade Juwita, Jimmy, Sion Gideon serta Inggrid Widjarnako, talkshow itu menjadi semacam ajang reuni bagi para pemain Lenong Rumpi. Namun yang menarik adalah kata penutup dari host acara yaitu tentang inovasi dari Lenong Rumpi.

Inovasi atau pembaharuan. Kata itu begitu menyentil telinga saya. Dilihat dari sejarah lenong, mungkin Lenong Rumpi merupakan salah satu inovasi dalam budaya betawi. Dengan jenis lenong betawi ‘preman’yang menceritakan kehidupan sehari-hari, Lenong Rumpi berhasil mendobrak bahwa budaya betawi ini tidak hanya dapat dipentaskan di panggung terbuka. Dunia pertelevisian yang semakin akrab di masyarakat menjadi semacam trigger untuk memperkenalkan budaya betawi ini kepada seluruh masyarakat Indonesia bukan hanya masyarakat Betawi.

Salah satu inovasi yang dibuat oleh Lenong Rumpi adalah karakter pemain. Jika pada lenong betawi, karakter yang mempunyai peran notabene harus orang betawi, maka Lenong Rumpi memilih untuk memasukkan karakter dari luar betawi, misalnya Papua, Manado, Jawa ,Padang, bahkan etnik Cina. Yang paling dapat dilihat adalah karakter Ade Juwita. Dengan penampilan yang khas, karakter Ade Juwi dapat menyatu dengan pemain Lenong Rumpi lainnya. Selain itu tampil pula tokoh dari Manado yang memasukkan sedikit demi sedikit bahasa manado.Sehingga dapat dikatakan bahwa asimilasi budaya telah terjadi dalam Lenong Rumpi.

Seiring dengan perkembangan budaya, maka unsur ala western pun sedikit demi sedikit mulai dipadupadankan. Sehingga cerita yang disajikan menjadi tidak monoton. Hal ini memberikan warna tersendiri bagi budaya yang ditayangkan melalui media televisi. Dengan masih berdasarkan pada inti pertunjukan lenong adalah untuk mengajak penonton pada hal yang positif , maka Lenong Rumpi menyajikan cerita yang mengarah pada tujuan lenong tersebut. Hal ini sangat berbeda dengan beberapa tayangan komedi saat ini yang lebih didominasi oleh kekerasan fisik yang tentunya akan membawa ke arah negatif bagi penonton.

Yang paling penting dalam penyajian Lenong Betawi adalah musik yang sangat khas Betawi. Gambang kromong merupakan musik pengiring dalam Lenong Betawi. Dan hal ini memang tetap dipertahankan dalam penyajian Lenong Rumpi. Sehingga walaupun cerita yang disajikan telah dipadupadankan, Gambang Kromong tetap menjadi musik pengiring utama.Istilah ‘ lem ama prangko ‘ sangat tepat diterapkan pada ‘ Lenong ama Gambang Kromong ‘.Tak ada lenong tanpa Gambang Kromong. Memang ada beberapa musik lain yang dimasukkan dalam cerita Lenong Rumpi namun secara garis besar musik tersebut hanyalah sebagai tambahan.

Seiring dengan suksesnya Lenong Rumpi, kemudian mulai muncul acara serupa dengan konsep yang tidak jauh berbeda. Sehingga dapat dilihat di-era 90-an banyak sekali muncul acara sitkom di televisi.Acara ini bertahan selama hampir satu dekade pada saat sinetron belum gencar di televisi. Namun selainsinetron, mungkin yang menjadi penyebab surutnya acara bertajuk lenong adalah kurangnya inovasi yang dihadirkan. Setelah jaman Lenong Rumpi habis, maka para pengikutnya ( pengekor sang inovator ) tidak mempunyai ide brilian lain yang mampu menggebrak pasar. Dalamteori ekonomi, fasa ini dinamakan decline ( penurunan ). Salah satu cara untuk mendobrak pasar tentu saja dengan melakukan “creative destruction”.Memang beberapa acara telah melakukan tahap ini misalnya acara Opera Van Java maupun Extravaganza. Namun yang mesti dicermati adalah acara tersebut tidak sepenuhnya berbau melestarikan tradisi budaya leluhur.Acara tersebut lebih kepada tujuan komersial dunia pertelevisian.

Kembali pada penutup acara yang baru saya tonton, saya berharap pula agarLenong Rumpi dapat melakukan suatu inovasi kembali dalam rangka melestarikan budaya betawi. Mungkin dapat dilakukan dengan ide cerita yang lebih variatif maupun karakter yang jauh lebih beragam. Namun tentu saja dengan tetap mempertahankan budaya asli. Lenong Rumpi sebagai media dalam melestarikan Lenong Betawi seyogyanya mampu untuk melakukan inovasi sehingga budaya asli tidak tergerus oleh budaya luar dan yang paling penting dapat menimbulkan kecintaan masyarakat terhadap kesenian tradisional.

- By. RSW -


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun