Mohon tunggu...
Ra RuNias Production
Ra RuNias Production Mohon Tunggu... Lainnya - Suka membaca

Senang dengan cerita dan perjalanan menggunakan bus.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lamunan Senja Hari

16 Agustus 2021   08:36 Diperbarui: 16 Agustus 2021   08:41 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Surya tenggelam di kala gelap malam.....

Sepenggal bait lagu dari sang maestro ini mengingatkan kita akan suramnya suasana hati menjelang malam. Demikian juga yang kita rasakan saat ini, tatkala Pandemi Covid belum berakhir, gerakan kita untuk berinteraktifpun semakin dibatasi. Sementara lambung ini masih butuh asupan gizi, jangankan 4 sehat 5 sempurna, sekedar untuk mengganjal ruang kosong pun masih sulit kami dapati. 

Tatkala hari menjelang sore, di waktu inilah kami mulai bergerak mengais rejeki, mengumpulkan seluruh tenaga untuk bisa kami gunakan semaksimal mungkin, sebelum waktu yang diberikan untuk kami habis. Waktu yang bagi sebagian orang memang digunakan untuk beristirahat di rumah, tapi mata dan tangan kami masih bergerak terus mencari secercah emas di kegelapan malam.

Ketika wkatu itu tiba, wajah-wajah sangar sang penguasa mulai menyisir kami, dan memerintahkan kami untuk kembali ke rumah masing-masing. Emas yang kami caripun tak nampak, tetapi kami harus segera meninggalkan tempat kami mencari rejeki. Kami berharap ini bukan akhir dari pencarian kami, semoga ini jadi penyemangat kami untuk bisa mencari lagi di waktu yang lain. Dan akhirnya semoga apa yang sudah kami dapatkan hari ini, bisa mengisi ruang kosong di lambung kami. Lambung yang sejak siang berisi cairan air putih saja, berharap ada asupan benda badat yang mengisinya agar bisa bertahan sampai esok hari.

Tuhan kami lapar....!
Rasanya tak pantas kata-kata ini diucapkan, karena bila kita ucapkan, maka kita sudah berkhianat kepada sang pecipta. Karena kita sudah meragukan sang pencipta, bahwa rejeki kita sudah diatur, kita tidak perlu mengkhawatirkan tentang ini. Sebelum kita hidup pun semua sudah di gariskan. Tak perlu kita mengeluhkannya. Tugas kita hanya berjuang dan berjuang, lakukan dengan sepenuh hati dan sekuat tenaga.

Ketenangan jiwa hanya bisa didapatkan dengan keikhlasan hati, keihklasan kita menerima takdir Illahi, semakin kita ikhlas semakin membuat kita merasa tenang. Menjalani hidup dengan keikhlas an akan membawa kita ke suasana bathin yang tenang dan nyaman. Inilah renungan untuk diri sendiri ditengah ketidak pastian hari esok.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun