Mohon tunggu...
Razita Humaira
Razita Humaira Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Art and painting

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tarian Gembira di Bawah Pohon Ajaib

28 Maret 2024   09:51 Diperbarui: 31 Maret 2024   14:36 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dahulu kala, di desa Asri hidup seorang gadis kecil bernama Meli. Ia dikenal dengan si penari kecil bertalenta. Di balik talentanya yang ia punya, banyak warga desa yang tidak suka dengan hal yang berkaitan dengan seni tari dan musik. Meli merupakan anak semata wayang dari keluarga yang kurang mampu. Ayahnya tidak memeliki pekerjaan yang menetap, dan ibu nya hanya bekerja di kebun orang lain. Hal ini tidak mematahkan semangatnya untuk melakukan bakatnya dalam menari. Sambil bersekolah ia juga sering mengikuti perlombaan menari. Dari hasil kejuaraanya, dapat membantu ekonomi keluarga Meli.

Tiba di suatu hari, Meli harus mengikuti perlombaan menari di desa Permai. Ia dan sepeda kecilnya berjalan menyusuri hutan untuk menuju desa itu. Di tengah perjalanan, ada sejumlah burung yang beterbangan tepat di depan Meli. Pandangannya terganggu hingga ia merasa dirinya tidak seimbang  diatas sepeda. 

"Aduhh", teriak Meli jatuh dari sepedanya.

Meli merintih kesakitan, lututnya terluka mengenai batu yang ada di jalan. Tak lama datang seorang wanita tua menghampirinya. Wanita tua itu membawa Meli ke rumahnya dan membantu mengobati luka di lutut Meli. 

"Apa yang kamu lakukan dihutan ini sendirian nak?" tanya wanita tua itu.

"Aku ingin menuju desa Permai untuk mengikuti lomba menari. Jika aku berhasil hadiah itu akan aku gunakan untuk membantu ekonomi keluargaku," jawab Meli.

Mendengar usaha dan semangat Meli, wanita tua itu memberikan hadiah berupa bibit pohon kepada Meli dan menyuruhnya untuk menanam di depan rumahnya. Meli sangat senang dan berterima kasih kepada wanita tua itu. Setelah itu ia berpamitan dan bergegas menuju desa Permai. Sesampainya di tempat perlombaan, ia menyiapkan diri untuk tampil. 

Matahari mulai terbenam, Meli kembali pulang ke desanya dengan mengayuh pedal sepeda yang sangat pelan. Ia sedih karena di perlombaan ini ia tidak mendapatkan juara. Sepulangnya dirumah, Meli menceritakan kepada ayah dan ibunya atas kekalahan nya di perlombaan itu. Ayah dan ibunya pun memberikan semangat kepada Meli.

Di pagi hari, Meli menanam bibit pohon yang ia dapat dari wanita tua di hutan. Sesuai perintah wanita tua itu, ia menanan bibit pohon tersebut di depan rumahnya. Keesokan harinya, bibit yang ia tanam sudah tumbuh menjadi pohon besar yang indah. Meli dan kedua orang tuanya sangat terkejut melihat pohon itu tumbuh subur dan besar hanya dalam 1 malam saja. Para tetangga berdatangan dan melihat pohon itu.

"Pulang dari kekalahan lomba menarinya, malah bawa pohon aneh gini si Meli," ujar para tetangga sambil berbisik-bisik.

Di siang hari, ketika Meli sedang berlatih menari di depan rumahnya. Ia mendengar ada suara musik yang merdu. Ternyata suara itu berasal dari pohon yang ia tanam. Meli sangat menyukai iringan musik itu. Ia menari di bawah pohon, mengikuti iringan musik. Daun yang menjalar di pohon itu bergerak mengikuti gerakan Meli. Ia sangat kagum dengan pohon ajaib itu. Tetangga Meli yang melihat kejadian itu merasa kesal karena mendengar alunan musik dan tarian yang Meli lakukan. 

Keesokan harinya, para tetangga yang tidak suka dengan pohon aneh itu berniat untuk menebangnya. Banyaknya jumlah orang yang tidak suka dengan pohon itu, Meli hanya bisa menangis. Ketika hendak di tebang, pohon itu mengeluarkan alunan musik yang indah, daun  yang menjalar menggerakkan kaki dan tangan orang-orang disana. Mereka tersadar lagu itu sangat indah untuk didengar. Meli pun bernari dengan ceria di tengah orang-orang itu. Mereka merasa sangat senang dan bahagia dengan gerakan tari yang mereka lakukan. 

Sejak saat itu, warga desa Asri mulai menyukai musik dan tarian. Rumah Meli di jadikan sebagai tempat hiburan di desa Asri, mereka bisa menari dan bernyanyi di sekeliling pohon itu dengan gembira. Ibu Meli yang pandai memasak, mulai berjualan di depan rumahnya. Para warga menjadi sering mendatangi rumah Meli dan membeli sejumlah makanan yang ibu Meli jual. Perekonomian keluarga Meli menjadi lebih baik. Meli sangat senang karena akhirnya banyak warga yang menyukainya. Ia bersyukur bisa mendapatkan bibit pohon itu dari wanita tua yang menolongnya di hutan. Berkatnya warga desa Asri menjadi lebih bahagia menjalankan hidupnya dengan melatunkan musik dan menari..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun