Keesokan harinya, para tetangga yang tidak suka dengan pohon aneh itu berniat untuk menebangnya. Banyaknya jumlah orang yang tidak suka dengan pohon itu, Meli hanya bisa menangis. Ketika hendak di tebang, pohon itu mengeluarkan alunan musik yang indah, daun  yang menjalar menggerakkan kaki dan tangan orang-orang disana. Mereka tersadar lagu itu sangat indah untuk didengar. Meli pun bernari dengan ceria di tengah orang-orang itu. Mereka merasa sangat senang dan bahagia dengan gerakan tari yang mereka lakukan.Â
Sejak saat itu, warga desa Asri mulai menyukai musik dan tarian. Rumah Meli di jadikan sebagai tempat hiburan di desa Asri, mereka bisa menari dan bernyanyi di sekeliling pohon itu dengan gembira. Ibu Meli yang pandai memasak, mulai berjualan di depan rumahnya. Para warga menjadi sering mendatangi rumah Meli dan membeli sejumlah makanan yang ibu Meli jual. Perekonomian keluarga Meli menjadi lebih baik. Meli sangat senang karena akhirnya banyak warga yang menyukainya. Ia bersyukur bisa mendapatkan bibit pohon itu dari wanita tua yang menolongnya di hutan. Berkatnya warga desa Asri menjadi lebih bahagia menjalankan hidupnya dengan melatunkan musik dan menari..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H