"Jelas sekali di depan mataku, aku hanya menjadi penonton. Yang bergerak bukan aku, tetapi segalanya bergerak sendiri. Pelakunya tidak lagi diperlukan." (hlm. 135). Lalu siapakah aku? manusia yang masih menyadari kehidupan dan makna dari hakikat hidup? atau kita hanyalah jasad yang terkendali oleh ambisi, keinginan, impian, atau ketakutan dan kekuasaan yang membuat kita lupa dan meninggalkan diri sendiri? siapakah sebenarnya diri ini? mungkin inilah salah satu pertanyaan-pertanyaan yang bisa menjawab apakah sejauh ini hidup kita sudah benar atau masih kita nilai keliru.
Demikian ulasan dan analisa tentang buku ini, tentu apa-apa yang ada dalam buku ini tidak meminta kita menilai benar secara mutlak pun sebaliknya. Sebagai pembaca, saya pun tidak memaksa (calon pembaca) yang lain untuk mengamini atau menolak, namun terlepas dari segala hak untuk penilaian itu, saya merekomendasikan buku ini untuk menjadi referensi bacaan kita. Paling tidak ada list buku yang cukup renyah untuk menemani waktu santai kita, atau menyadarkan kita bahwa selama ini kita tidak memiliki waktu yang santai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H