Mohon tunggu...
Rara Zarary
Rara Zarary Mohon Tunggu... Penulis - Menulis adalah caraku menemukan kebebasan, menemukan diri sendiri, dan bertahan hidup (sabdawaktu)

Penulis Buku: Menghitung Gerimis (2013), Hujan Terakhir (2014), Hujan dan Senja Tanah Rantau (2016), Kita yang Pernah (2020).

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pulang ke Pangkuan Ibu

10 Maret 2022   14:29 Diperbarui: 10 Maret 2022   14:31 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

oleh: Rara Zarary*

 

Jika aku mendengar orang-orang membicarakanmu

hati paling terluka, adalah aku

jika aku melihat orang-orang mencacimu

bara amarah akan terlahir, dari aku

sebab aku tahu, Ibu

betapa mulianya engkau

betapa hebat engkau berjuang

yang tak seorang pun mau tahu

sebab aku tahu, Ibu

menjadi engkau tidak mudah

menjadi engkau bukan salah

siapapun engkau di mata orang-orang, Ibu

bagiku kaulah mutiara termahal

harta paling berharga

tak peduli bagaimana engkau

aku adalah orang paling setia

utusan Tuhan yang menjagamu penuh cinta

Ibu,

di balik pejaman matamu

aku tahu, banyak air mata tersimpan

ribuan gelombang kau tahan

milyaran duka kau telan

betapa hebat menjadi engkau, Ibu

betapa bangga, aku telah lahir dari rahimmu

sungguh,

aku ingin tetap didekapmu, Ibu

menjadi anak kecil hangat dipeluk erat

terima kasih telah begitu kuat dan hebat

menjadi penyelamat hidup yang hampir sekarat.

Tebuireng, 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun