Februari ini, Indonesia berada di riuh pesta demokrasi pemilihan presiden dan wakil presiden serta calon legislatif. Di awal tahun 2024 telah banyak terdapat fenomena persaingan ketat di kalangan masyarakat mengenai siapa yang akan menjadi pemimpin masa depan. Persaingan ini bukan hanya terjadi antar paslon, tetapi terjadi juga diantara pendukungnya. Tidak jarang terlihat perdebatan di antara para pendukung mengenai siapa yang paling unggul.Â
Di balik persaingan yang tak terelakkan, tentu ada rasa cemas dan khawatir tentang pemilihan pemimpin negara. Karena pemimpin akan menentukan bagaimana masa depan dari negara itu sendiri. Jika pemimpin bijaksana bisa membangun negeri, sebaliknya pemimpin yang tidak bijaksana bisa menghancurkan sebuah negeri. Sebagai rakyat, kita tentu harus berhati-hati dalam memilih siapa yang paling pantas untuk memegang tonggak kepemimpinan.Â
Fenomena pemilu yang semakin memanas ini bisa menimbulkan dampak terhadap kesehatan mental. Salah satunya adalah Election Stress Disorder. Apa sih Election Stress Disorder ini? Yuk, kenali lebih jauh.Â
Apa itu Election Stress Disorder?
Menurut American Psychological Association , Election Stress Disorder terjadi ketika pemilih merasa takut atau cemas terhadap pemilu mendatang.
Election Stress Disorder pertama kali dikemukakan oleh psikolog Steven Stony, PhD. pada tahun 2016. Stony menggunakan istilah Election Stress Disorder dalam sebuah artikel untuk The Washington Post. Di dalam artikel tersebut ia menuliskan kewalahannya menangani pasien selama siklus pemilu 2016.
Perlu diingat bahwa Election Stress Disorder bukanlah diagnosis medis. Namun siapapun bisa mengalami Election Stress Disorder karena fenomena yang tengah terjadi saat ini. Bisa dikatakan bahwa Election Stress Disorder bisa ditimbulkan oleh fenomena pemilu yang sedang berlangsung.Â
Seperti yang dikatakan oleh Dr. Robert Bright, seorang psikiater Mayo Clinic. Election Stress Disorder bukanlah diagnosis ilmiah, tetapi konsepnya nyata. Ini adalah pengalaman kecemasan yang luar biasa yang dapat terwujud dalam berbagai cara.
Menurut Dr.Bright, Election Stress Disorder bisa timbul karena adanya paparan antara kita dengan berita-berita tentang pemilu yang begitu intens. Paparan berita ini bisa berasal dari televisi maupun media sosial. Ia juga mengatakan bahwa hal tersebut bisa membuat seseorang cemas, mengalami kegelisahan, kesulitan tidur, masalah pencernaan, sakit kepala dan rasa tidak nyaman. Walaupun mengkhawatirkan sesuatu adalah hal yang wajar, tetapi sesuatu yang berlebihan tentu akan membawa masalah.Â
Lantas, bagaimana cara menangani Election Stress Disorder?Â
Mengutip American Addiction Centers, berikut beberapa cara menangani Election Stress Disorder:Â
1. Mengalihkan Perhatian atau Mencari Hiburan:Â
Terkadang, mengalihkan perhatian dari berita politik atau pemilihan umum bisa menjadi pilihan positif. Misalnya, mengabaikan ponsel dan televisi untuk sementara waktu, dan memilih untuk melakukan sesuatu yang menyenangkan seperti berlari, pergi ke bioskop, membaca buku, atau bertemu teman untuk melakukan kegiatan bersama.Â
2. Tetap menyimak informasi terkini, tetapi beri batasan agar tidak berlebihan.Â
Tidak ada yang salah dengan mengikuti perkembangan acara penting yang terjadi, tetapi Anda dapat membatasi waktu menonton berita hanya 15-30 menit sehari. Mematikan pemberitahuan di ponsel atau menghapus aplikasi media sosial atau berita juga dapat membantu mengurangi tingkat stres.Â
3. Hindari Perdebatan Tidak Bermutu
Sebisa mungkin hindarilah perdebatan yang tidak bermutu. Memang di era pemilu ini terjadi banyak perdebatan di kalangan masyarakat mengenai siapa calon legislatif yang dipilih. Namun, memperdebatkan sesuatu yang tidak memiliki titik terang akan memicu kelelahan, baik secara mental maupun fisik. Sehingga hal tersebut lebih baik dihindari. Selain itu, perdebatan bisa memicu keributan. Bagaimanapun setiap orang punya hak untuk memilih sesuatu dengan hati nuraninya. Jadi, mendebat seseorang hanya karena beda pilihan bukanlah tindakan yang bijak.Â
Siapapun yang menjadi pemimpin nanti semoga mampu mengemban tugas dengan bijaksana dan sebaik-baiknya. Ingat, pilihan boleh beda, tetapi tujuan kita tetap sama. Seperti makna yang termaktub pada semboyan "Bhinneka Tunggal Ika".Â
Referensi :Â
Howlan, J. (2020, October 23). Is Election Stress Disorder Real? Mayo Clinic. https://newsnetwork.mayoclinic.org/discussion/is-election-stress-disorder-real/
Osbourne, N. (2022, November 10). 5 Ways to Handle Election Stress Disorder. American Addiction Centers. https://americanaddictioncenters.org/blog/5-ways-to-handle-election-stress-disorder
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H