Mohon tunggu...
rara shizuka
rara shizuka Mohon Tunggu... -

ekstraordinary girl

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Terapi Komplementer

25 Desember 2010   13:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:24 1905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sering kita dengar mengenai terapi komplementer. Perawatan kesehatan yang tidak termasuk dalam standar praktek pengobatan barat disebut "alternatif" atau "komplementer". Ini termasuk berbagai jenis terapi:


  • Praktek-praktek penyembukan tradisional seperti ayurweda dan akupuntur.
  • Terapi fisik seperti chiropractic, pijat, dan yoga.
  • Homeopati atau jamu-jamuan.
  • Pemanfaatan energi seperti terapi polaritas atau reiki
  • Teknik-teknik relaksasi, termasuk meditasi dan visualisasi.
  • Suplemen diet, seperti vitamin dan mineral


Orang-orang zaman dahulu atau nenek moyang kita biasa memakai terapi komplementer atau lebih ke tradisional. Karena mereka menganggap bahwa terapi komplementer tanpa bahan kimia dan baik untuk kesehatan. Tetapi zaman telah berkembang. Dalam situs sebuah internet www.odhaindonesia.org  terapi komplementer dapat menyebabkan efek samping yang berbahaya. Kata-kata "alami" atau "bukan bahan kimia" tidak menjamin keamanan. Beberapa jenis jamu dapat menurunkan kadar darah ARV. Konsumen harus berhati-hati dalam menggunakan terapi komplementer.

Beberapa penyedia layanan kesehatan suka menggunakan terapi alternatif bersamaan dengan pengobatan barat. Mereka berpendapat terapi alternatif dapat mengurangi stress, meringankan beberapa efek samping obat antiretroviral (ARV), atau memiliki manfaat lainnya.

Beberapa penyedia layanan kesehatan tidak suka terapi alternatif. Mereka berpendapat bahwa belum ada penelitian yang cukup terhadap terapi alternatif. Mereka berpendapat obat-obatan barat selalu memberi hasil yang lebih baik kepada para pasien.

Untuk mencari informasi sebuah terapi komplementer pun saat ini sulit. Karena banyak juga orang-orang lebih mengedepankan keuntungan semata daripada mengedepankan kesehatan. Bisa saja kita terjebak dengan penipu kesehatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun