Dua tahun ini setelah ayah pergi
Supir taxi online rajin menjemputku di stasiun Yah
Iya, tentunya anak kedua Ayah yang memesankannya
Siapalagi
Mereka supir yang ramah dan baik
Tapi sayang mereka dibayar untuk peduli padaku
Tidak seperti Ayah, kedatanganku adalah bayaran bagimu
Ya benar, mereka tak sepertimu Yah
Aku yang menunggu mereka menjemputkuÂ
Bukan aku yang ditungguÂ
Mereka memang tak sepertimu Yah
Sepagi apapun aku aku datang
Selama apapun ayah menunggu
Ayah dan Bunda akan tetap menanti di parkiran stasiun
Ahhh, setelah kau tak ada
kenangan kecil ini kadang membuat airmataku tumpah
Tahukah Yah
Setiap kali aku liburan ke Bandung
Aku berharap bisa bertemu dua wajah pasangan favoritku sepanjang masa, Ayah dan Bunda
Pasangan teromantis seumur hidup
kenyataannya hanya ada Bunda sendiri
Tahukah Yah
Setiap kali aku menginjakan kaki di stasiun bandung
Aku berharap selalu ada dua punggung tangan yang ku kecup
kenyataannya hanya ada satu punggung tangan yang kuciumÂ
Tahukah Yah
Setiap kali aku pulang kerumah
Aku berharap dijemput dan duduk dibelakang kursimu, tepat dekat jendela
Seperti dulu
Sebagus dan semewah apapun taxi online
Aku lebih memilih mobil yang kau pinjam
Bahkan kadang aku rindu naik ambulance yang biasa kau kendarai itu
Sedingin dan senyaman apapun taxi online
Aku lebih memilih angin gelebuk
Dimana Ayah duduk dibelakang kemudinya
Tak ada yang salah dengan mereka
Namun kini ku tahu
Setampan dan seramah apapun supir taxi online
Mereka tak bisa menggantikanmu Yah
Tak ada yang salah dengan mereka
Aku hanya rindu ketika kau menjemputku
Ya, aku sedang rindu
Merindumu Yah…
Malang, 08 SeptemberÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H