Mohon tunggu...
Rara Muhammad
Rara Muhammad Mohon Tunggu... Karyawan -

Galau lewat kata, galau jadi karya. Writing to heal myself. Visit my blog http://raramuhammad.com anda my account IG https://www.instagram.com/raramuhammad09/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kampung Sinau, Malang, Tempat Berteduh Bocah Putus Sekolah

2 September 2016   11:55 Diperbarui: 2 September 2016   15:17 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
hasil karya anak didik Kampung Sinau (Dok.Pri)

Penjalanan bolang sabtu lalu tidak hanya singgah di sawah dan meninjau salah satu anak berkebutuhan khusus. Justru tempat pertama yang Bolang kunjungi adalah Kampung Sinau. Sinau adalah bahasa jawa yang artinya belajar. Jadi bisa disebutlah kampung tempat belajar. Sebelumnya saya pernah mendengar kampung sinau ini, tapi hanya sebatas dari display picture BBM teman. Ia sempat berkunjung dan foto bersama anak-anak di satu ruangan. Hanya sebatas itu saja. Namun, sabtu lalu saya bisa berkunjung dan mendapat informasi lebih dalam mengenai kampung ini.

Bolang foto dengan hasil karya anak didik KS (Dok.pri)
Bolang foto dengan hasil karya anak didik KS (Dok.pri)
Kampung Sinau sendiri sudah berdiri sejak 2 tahun lalu, jalan 3 tahun. Tujuan berdirinya Kampung pendidikan ini berawal dari keprihatinan seorang pemuda yang biasa di sapa Mas Toha akan anak-anak di lingkungan sekitarnya yang putus sekolah khususnya lulusan SD namun tidak mempunyai biaya untuk lanjut ke pendidikan selanjutnya. Tetapi murid-murid tak hanya mereka yang putus sekolah saja. Semua anak yang ingin belajar bisa bergabung.Pemuda bernama lengkap Muhammad Toha Mansyur Al-Badawi ini kemudian memberikan les gratis kepada anak-anak tersebut. kegiatan belajar sendiri dilaksanakan setiap weekend, hari sabtu dan minggu. Lokasi kampung ini berada di Jl Untung Sudiro Kelurahan Cemorokandang, Kota Malang.

Mural Kampung Sinau menjelang Festifal Budaya (Dok Pri)
Mural Kampung Sinau menjelang Festifal Budaya (Dok Pri)
Seiring berjalannya waktu anak-anak tak hanya belajar pelajaran sekolah saja tetapi juga belajar seni dan budaya sehingga diadakan kelas musik seperti belajar angklung dan juga kelas melukis. Untuk kelas musik banyak didominasi anak-anak SMP sedangkan untuk kelas lukis peminatnya anak SD maupun SMP. Terkadang ada kerjasama juga dengan SMP dan kampus-kampus disekitar Malang terutama kerjasama dibidang seni. Dari kampus-kampus biasanya datang membantu mengajar baik pelajaran sekolah ataupun seni. Bahkan sabtu sore lalu, Kampung Sinau menyelenggarakan Festival Budaya yang dilaksanakan di sekitaran lokasi mengajar. Acara diisi oleh penampilan band dan 50 tari topeng yang ditampikan oleh anak didik Kampung Sinau.   

perpustakaan Kampung sinau dan Mas Toha (DokPri))
perpustakaan Kampung sinau dan Mas Toha (DokPri))
Bisa dibilang Mas Toha ini sebagai koordinator dari Kampung Sinau. Saat ini jumlah murid Kampung Sinau sendiri mencapai 30-50 anak. Pengajarnya tetapnya sendiri hanya 4 orang dan pengurusnya ada 3 orang. Sayangnya jumlah pengajar maupun pengurus sendiri berbanding terbalik dengan yang mendaftar. Ketika pembukaan pendaftaran pengurus, jumlah yang mendaftar mencapai 600 orang. Namun, pada kenyataannya mereka hanya datang dan tak pernah kembali. Hal ini yang harus menjadi perhatian bagi generasi muda khususnya mahasiswa. Ditengah maraknya kegiatan menjadi relawan/ volunteer, banyak  dari kita yang hanya gaya-gayaan jadi relawan tapi niat berbaginya hanya ikut-ikutan saja. Tentunya kasus ini bisa jadi bahan renungan bersama.  

hasil karya anak didik Kampung Sinau (Dok.Pri)
hasil karya anak didik Kampung Sinau (Dok.Pri)
Melihat sisi baiknya, tentu sikap Mas Toha dan rekan-rekan yang mengajar dengan tulus patut diacungi jempol dan tentunya bisa dijadikan teladan. Mereka adalah salah satu pahlawan bagi anak-anak putus sekolah. Dengan adanya Kampung Sinau, anak putus sekolah tidak berhenti belajar. Mereka justru bisa belajar lebih tak hanya pelajaran sekolah. Satu yang terlupa, Mas Toha hanya lulusan SMK di Kota Malang. Tapi ia membuktikan bahwa jadi orang yang berarti tak perlu sekolah tinggi-tinggi, tapi cukup saja miliki hati yang selalu ingin berbagi.   

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun