Mohon tunggu...
Rara Muhammad
Rara Muhammad Mohon Tunggu... Karyawan -

Galau lewat kata, galau jadi karya. Writing to heal myself. Visit my blog http://raramuhammad.com anda my account IG https://www.instagram.com/raramuhammad09/

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Lelaki 4 Februari

4 Februari 2016   18:22 Diperbarui: 6 Februari 2016   08:12 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi"][/caption]

Rambutnya bergelombang nyaris keriting

Beberapa tahun kebelakang lebih senang ia tutupi dengan iket khas dari berbagai daerah
Jika rambutnya dipanjangkan dan dipasangkan dengan salah satu iket kesayangannya
Mirip lah sudah ia dengan mbah dukun
Pernah sekali ia panjangkan dan menjuntaikan rambutnya dengan ditutupi iket
Tapi tak lama, ia sepertinya tak mau mengundah amarah mertua
Aku lebih senang ia dengan potongan pendek atau cepak tentara
Lebih tampan juga terlihat lebih rapi

Matanya berwarna biru muda pucat
Padahal ia tak berdarah Indo sedikitpun
Ia keturunan Madura asli yang tinggal di timur Jawa Timur
Mungkin matanya didapat dari ibunya
Tatapannya tajam, kenyataannya ia pribadi ramah
Hanya dengan tatapannya anak-anaknya yang kadang membandel langsung diam
Itu yang membuat orang-orang baru pun berangapan ia menyeramkan
Disangkanya ia menatap sinis setiap orang yang dilihatnya, kenyataanya tak seperti itu
Hal itu pula yang banyak diwarisi anak-anaknya
yang membuat kata jutek selalu terucap dari orang yang baru pertama kali bertemu

Hidungnya mancung, itu pula yang membuat ia semakin tampan
Sayang, tak banyak dari anaknya yang memiliki hidung seperti ia
Hanya beberapa saja

Mulutnya tak begitu banyak bicara yang tak guna
Setiap subuh dan selepas magrib dari mulutnya sering keluar lantunan dzikir
Memuja nama Tuhannya
Lebih banyak juga ia gunakan untuk menasehati anak-anaknya, memberikan masukan ini itu
Kadang terdengar pula dendangan lagu dangdut untuk menggoda anak-anak juga istrinya ketika menonton televisi bersama
atau pangilan-pangilan sayang pada istrinya yang terdengar menggelikan bagi anak-anaknya

Dulu, dagu dan sekitaran pipinya ditumbuhi lebat oleh rambut-rambut halus
Miriplah seperti teroris-teroris yang sering diberitakan di televisi
atau rampok-rampok bertato sekaligus berengosan
Entah mengapa sejak lama ia lebih memilih untuk selalu memangkas bersih dagunya
Meningkalkan jejak-jejak hijau bekas cukuran

Perawakan tubuhnya sedang, tidak pendek tidak tinggi
Tak pernah kulihat ia menekuni satu olahraga apapun
Ia senang duduk diam di depan televisi mengamati orang yang sedang pukul-pukulan di ring atau melihat banyak orang memperebutkan satu bola menggunakan kaki mereka
Karena itu perutnya one pack tak membentuk kotak-kotak seperti artis iklan susu
Tapi ia lebih gemar menanam dan menjaga tanaman
Sampai baskom-baskom dirumah hilang gara-gara dipakai alas tanaman-tanamannya
Walaupun begitu ia sering memanen pisang hasil dari kegemarannya itu
Bukan hanya sekali-dua kali, malah selepas ia “pergi” pun pohon-pohonnya masih memberikan buahnya

Selain itu ia senang berternak, terutama unggas
Beberapa tahun belakangan setiap menjelang lebaran
Ia tak perlu repot-repot membeli ayam yang jelas naik harganya
Ia hanya tinggal menyembelih ayam yang sudah ia pelihara beberapa bulan sebelumnya

Ia juga senang membaca sehingga banyak sekali koleksi-koleksi bukunya
Kecintaan ini diturunkan juga pada anak-anaknya
Ia pun pintar menulis dan bersosialialisasi
Ia punya banyak media sosial sejak dulu, ia lelaki yang update teknologi
Menulis pun ia lakoni, bahkan ia sempat menang review lomba

Ia hanya lelaki sederhana yang tak banyak maunya
yang hanya ingin sambal selalu ada setiap makan tak peduli lauknya apa dan ada berapa
Ia lelaki yang lebih memilih jeruk hangat ketimbang minuman dengan nama-nama bagus ketika sedang ada di restoran terkenal
Ia lelaki sederhanya yang bisa membetulkan apa saja, walau kadang sering menundanya karena kesibukan
Ia lelaki yang mengabdi disatu pekerjaan selama bertahun-tahun lamanya dengan gaji kecil walau lebih banyak usahanya tak dihargai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun