Mohon tunggu...
Rara Pratiwi
Rara Pratiwi Mohon Tunggu... -

Try to learn from many things in the world.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Anak trauma berenang

24 Mei 2013   13:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:06 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak bangun tidur pagi ini, Aliya, anakku kelihatan tidak bersemangat ke sekolah seperti biasanya. Ya memang dia masih bermain di TK B.. Yang aku tahu kalau hari ini ada extra berenang khusus putri. Dan sejak semester 2 ini, anakku sama sekali enggan masuk kolam renang lagi.

Keluhan yang disampaikan adalah sama kalau sekarang tidak mau lagi berenang karena takut kepalanya harus masuk ke kolam (ke air maksudnya) dan dia pernah punya pengalaman kurang mengenakkan pada waktu extra berenang. Jadi airnya terhirup ke hidung, masuk ke mata sangat perih jadinya  dan air yang ke hidung membuat dia tidak bisa bernafas. Dan terbayang sakitnya waktu Aliya ceritakan peristiwa itu.

Dan syukurnya anakku akhirnya bisa menceritakan peristiwa yang tidak mengenakan itu meski  dengan terisak dan setelah  rentang waktu yang sudah lewat. Gak apa-apa nak.. pasti bunda bantu dan  ada jalan keluar, jangan khawatir...

Tapi yang sungguh membuat perasaan ini agak tidak terima, adalah pada saat anak saya mengutarakan kekhawatiran nya (tidak ingin kepala masuk ke air).. kepada Guru berenangnya.. dan mendapat tanggapan.. yang ditangkap anak saya "sesuatu yang membuat hatinya tidak nyaman.." Adalah komentar yang seharusnya sang ibu guru bisa menggunakan bahasa yang menenangkan.. toh..disini tidak ada target bahwa anak harus bisa berenang.

Komentar yang diutarakan anak saya,  bu guru bilang .. "kalau kepala tidak masuk ke air ya namanya tidak berenang.. " ya harus masuk..dan air nya jangan dihirup.. "harus berani mencoba" kalau tidak mencoba .. kapan bisanya.. teman-teman yang lain bisa kok.. (walahh ini guru atau apa sich...gemes  juga)

Dari situ saya komunikasikan ke sekolah.. menghadap kepala sekolah merupakan langkah awal ..mengutarakan cara guru tadi dalam membimbing anak didiknya..

Langkah inti,.. mengembalikan harga diri anak saya,  membuat nya kembali percaya diri dan kembali mau mencoba.. dan berusaha menghilangkan trauma nya.

Kadang, hal-hal kecil luput dari pengamatan kita.

Maafkan bunda nak..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun