Mohon tunggu...
Rara Pratiwi
Rara Pratiwi Mohon Tunggu... -

Try to learn from many things in the world.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Supermarket Baru (Lagi Lagi)

30 November 2012   09:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:26 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berawal dari penjual Soto Ayam Kampung yang menjadi langganan kami, lapak tempat berjualannya berpindah entah kemana. Tidak ada kabar sebelumnya, area tempat biasa soto ini berjualan, ada beberapa lagi warung makan yang berjajar. Kami sekeluarga memang menggemari Soto ayam kampung ini, selain enak rasanya, bening kuahnya dan juga tempat yang bersih. Selain itu lauk pendampingnya yang membuat makan soto makin yummy :) ada sate kerang, sate telur, sate jeroan.. dan tempe goreng yang digoreng tipis memanjang dan kering.

Lama kami tak berkunjung ke daerah tersebut membuat kami keheranan dan berusaha mencari tahu dimana lokasi penjual - penjual soto dan makanan lain pindah? Ada beberapa orang yang sambil lalu menjawab,.. pindah mbak dipojok ujung jalan itu..

Karena yang kami temui pada lokasi itu adalah proyek pembangunan yang sedang berjalan..

3 Bulan berselang, barulah kami mengerti bangunan tersbut kami perkirakan adalah seperti sebuah gudang. Namun tak lama kemudian.. kami dapati, sebuah papan reklame penunjuk jalan yang menunjukkan arah menuju supermarket SI  5 km lagi dan akan dibuka awal Desember ini.

Walaaahhh supermarket lagi ternyata, didaerah tak jauh dari supermarket yang akan segera dibuka itu, sekitar  800 m sudah ada supermarket cukup besar dan baru sekitar 1 tahun buka, 1 km kearah yang berlawanan, juga ada supermarket cukup ternama, kalau yang ini supermarket lokal yang besar dan sudah lama berdiri. Dan menyedihkannya tak kurang dari 1 km dari tempat supermarket - supermarket itu berada ada pasar tradisional dan pasar buah yang ada di wilayah itu.

Belum lagi mini market  modelnya waralaba ada beberapa berjejer, malah ada yang berhadapan.  Lucunya mini market - mini market tadi masih berada di satu jalan.

Karena biasa belanja di pasar tradisional disitu, saya coba bertanya - tanya kepada para penjual yang kebetulan ada yang menjadi langganan ibu saya. Bu Sarto - penjual daging sapi langganan ibu saya..mengeluhkan berdirinya supermarket baru yang sebentar lagi akan buka itu. Bagaimana to, apa pemerintah itu ngga mikirin rakyat seperti kami ya mba.. kita dapat uangnya ya dari berjualan ini. Sama hal nya penjual buah Pak Totok yang juga mengeluhkan hal yang sama.. " Pemerintah sepertinya tutup mata kok mbak. Apa iya di kecamatan ini saja kok supermarket besar ada 3, belum lagi mini market itu dan itu.. sudah banyak..apa ya ngga kasihan dengan kita-kita ini to" Bener rejeki sudah ada yang mengatur..tapi orang-orang yang punya uang itu apa engga lebih baik buka usaha lain aja.. daripada mengurangi jatahnya pedagang seperti saya ini..

Saya melihatnya juga prihatin dan miris.. apa ya sudah begitu mendesakkah sampai harus banyak supermarket yang mendapatkan ijin untuk beroperasi atau buka di kota kecamatan ini? Apalagi sampai menggusur warung-warung makan yang berjualan disitu? Lebih-lebih imbasnya kepada pedagang dipasar tak jauh dari tempat Supermarket itu akan dibuka..

Mudah-mudahan pemerintah sudah memikirkan betul, manfaatnya, baik dan tidaknya untuk rakyat banyak..tidak hanya menguntungkan sebagian orang yang berpunya..

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun