Mohon tunggu...
Rara lutfia asyira
Rara lutfia asyira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa dan saya hobi menonton film

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

menganalisis konten tasya farasya melalui konten kultivasi(cultivation theory)

18 Januari 2025   21:44 Diperbarui: 18 Januari 2025   21:44 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pictured on Instagram: tasyafarasya

 Konten merupakan segala bentuk informasi yang disampaikan melalui berbagai media, seperti tulisan, gambar, video, dan audio, yang kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Di era digital yang serba terhubung ini, konten memiliki peranan yang sangat penting sebagai alat utama untuk menyampaikan pesan, membangun citra, serta memengaruhi audiens. Dengan berkembangnya teknologi dan pesatnya penggunaan platform media sosial, konten mampu menjangkau audiens yang lebih luas dan beragam, baik dalam skala lokal maupun global. Melalui konten, pesan yang ingin disampaikan dapat menjangkau banyak orang dengan cara yang lebih cepat dan efektif.

            Konten yang menarik, informatif, dan relevan dapat menarik perhatian, memicu rasa penasaran, dan mendorong interaksi. Selain hiburan, konten yang efektif juga memberi edukasi, pengetahuan baru, dan memperkenalkan ide-ide yang bisa mengubah pola pikir. Konten yang sukses dapat membentuk opini publik, memengaruhi keputusan, serta menciptakan tren atau pandangan sosial yang lebih luas, sehingga memiliki dampak signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk bisnis, politik, dan budaya.

            Dalam dunia media sosial, konten memiliki peran penting sebagai sarana komunikasi antara pembuat konten (content creator) dan audiensnya. Konten yang dibuat seorang influencer bertujuan tidak hanya untuk menghibur, tetapi juga menginspirasi serta memengaruhi pola pikir dan perilaku audiens. Dengan membuat konten yang menarik dan jujur, pembuat konten (content creator) bisa lebih dekat dengan audiens, membangun kepercayaan, dan bahkan mempengaruhi keputusan mereka, seperti dalam hal memilih produk atau menentukan gaya hidup.

            Secara sederhana, konten adalah alat untuk menyampaikan ide, informasi, dan perasaan. Jika dimanfaatkan dengan tepat, konten dapat memberikan dampak yang signifikan, baik individu maupun komunitas. Oleh karena itu, kemampuan menghasilkan konten yang menarik, bernilai, dan relevan menjadi keterampilan yang sangat penting di zaman ini.

            Tasya Farasya adalah salah satu beauty influencer terkenal di Indonesia. Namanya dikenal luas melalui berbagai platform YouTube, Instagram, Tiktok, dan media sosial lainnya. Dengan latar belakang keluarga yang mapan serta kecintaannya pada dunia kecantikan. Tasya Farasya memulai kariernya sebagai pembuat konten yang fokus pada ulasan produk kecantikan, tutorial makeup, dan tips perawatan diri yang mudah diterapkan. Keahliannya dalam mengolah konten menjadikannya salah satu kreator yang paling dinantikan oleh para pecinta kecantikan.

            Dalam menyampaikan kontennya Tasya Farasya memiliki gaya yang khas, yaitu kombinasi antara keahlian, kepribadian yang ramah, dan penyampaian yang detail namun tetap santai. Tidak hanya itu, ia juga dikenal dengan menampilkan gaya hidup yang elegan dan berkelas, yang semakin menambah daya tariknya di mata penggemar. Berkat pemahaman yang mendalam tentang dunia kecantikan dan kemampuannya untuk selalu mengikuti trend, ia berhasil menciptakan komunitas pengikut yang setia dan royal.

            Melalui konten-konten yang berkualitas dan informatif, Tasya Farasya berhasil menginspirasi banyak wanita di Indonesia untuk lebih peduli dengan perawatan diri. Selain tutorial makeup yang mudah diikuti, Tasya juga sering membagikan tips perawatan kulit dan rambut yang praktis, menjadikannya sebagai sosok yang sangat dihormati di kalangan para pengikutnya. Dengan pendekatan yang santai namun penuh wawasan, Tasya membuat dunia kecantikan terlihat lebih mudah diakses oleh semua kalangan, baik mereka yang baru mengenal dunia makeup maupun mereka yang sudah berpengalaman.

            Salah satu aspek yang membuat Tasya semakin berpengaruh adalah kemampuannya dalam mempengaruhi trend kecantikan di Indonesia. Setiap produk yang ia review cenderung mengalami lonjakan popularitas, berkat pengaruh besar yang dimilikinya di media sosial. Produk yang awalnya mungkin kurang dikenal bisa langsung menjadi viral dan laris di pasaran setelah Tasya merekomendasikannya. Hal ini membuktikan betapa kuatnya peran seorang influencer dalam membentuk selera pasar dan membimbing audiensnya untuk mencoba produk baru yang berkualitas.   

            Keberhasilan Tasya Farasya di dunia kecantikan digital juga menunjukkan bahwa dengan konsistensi, kreativitas, dan komitmen terhadap kualitas, seorang kreator dapat menciptakan dampak yang besar dalam industri ini. Tasya tidak hanya memanfaatkan popularitasnya, tetapi juga terus berusaha untuk memberikan nilai lebih bagi pengikutnya melalui konten yang mendidik dan menginspirasi. Dengan kerja keras dan dedikasinya, Tasya telah membuktikan bahwa seorang influencer yang profesional dapat meraih kesuksesan besar sekaligus memberikan pengaruh positif yang luas dalam dunia kecantikan dan industri digital secara keseluruhan. Paparan jangka panjang terhadap konten-konten yang ia buat secara perlahan membentuk persepsi audiens terhadap apa yang dianggap "ideal" dalam hal kecantikan, produk, dan tren gaya hidup. Hal ini menunjukkan bagaimana teori kultivasi bekerja dalam praktik, di mana pengaruh media, dalam hal ini media sosial, membentuk cara pandang dan nilai-nilai yang diinternalisasi oleh pengikutnya.

            Teori Kultivasi (Cultivation Theory) dikembangkan oleh George Gerbner dan rekan-rekannya pada 1970-an, dengan fokus utama pada bagaimana media, terutama media massa, dapat memengaruhi persepsi individu terhadap realitas. Teori ini beranggapan bahwa paparan jangka panjang terhadap media tertentu dapat membentuk atau "mengultivasi" pandangan audiens terhadap dunia, sehingga cara mereka melihat dan memahami berbagai fenomena dipengaruhi oleh apa yang mereka lihat atau dengar di media.

            Ada dua konsep utama dalam teori kultivasi yang perlu dipahami. Konsep pertama dalam teori kultivasi adalah mainstreaming, yang mengacu pada proses di mana media menciptakan pandangan umum atau standar tertentu. Dalam hal ini, media memiliki kekuatan untuk menyebarkan nilai-nilai, pandangan, atau norma tertentu yang secara perlahan mengubah cara pandang audiens. Melalui paparan yang terus-menerus, pandangan yang disampaikan oleh media akan mulai diterima sebagai standar sosial yang sah, seolah-olah itu adalah kebenaran yang berlaku secara umum.

            Proses mainstreaming ini sangat kuat karena media massa memiliki akses luas untuk menjangkau banyak orang, mempengaruhi cara mereka berpikir, dan menyelaraskan perspektif mereka. Akibatnya, audiens yang terpapar secara terus-menerus dengan pesan media tersebut cenderung menginternalisasi nilai-nilai yang disampaikan, bahkan tanpa disadari. Hal ini menciptakan keseragaman pandangan dalam masyarakat, yang sering kali membentuk opini atau sikap umum yang dianggap sebagai norma dalam kehidupan sosial.

            Konsep kedua dalam teori kultivasi adalah resonansi, yang terjadi ketika pengalaman individu selaras dengan pesan yang disampaikan oleh media. Ketika individu melihat kesamaan antara apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari dan apa yang digambarkan oleh media, pesan yang disampaikan oleh media akan terasa lebih relevan dan nyata. Hal ini membuat pengaruh media terhadap audiens menjadi lebih kuat, karena pengalaman pribadi mereka memperkuat pesan yang diterima dari media.

            Resonansi ini meningkatkan peran media dalam membentuk cara individu memandang dunia dan dirinya sendiri. Ketika pesan yang digambarkan oleh media sesuai dengan kenyataan yang dialami, audiens akan lebih mudah mengidentifikasi diri mereka dengan pesan tersebut, yang pada gilirannya memperdalam dampaknya. Dengan resonansi, media tidak hanya menginformasikan, tetapi juga membentuk persepsi individu secara lebih mendalam, menjadikannya lebih berpengaruh dalam kehidupan mereka.

            Dalam konteks modern, teori kultivasi tidak hanya relevan untuk media tradisional seperti televisi, tetapi juga berlaku pada media digital dan media sosial. Platform seperti Instagram, YouTube, dan TikTok, yang dipenuhi oleh influencer, kini memainkan peran besar dalam menyebarkan pesan dan membentuk persepsi publik. Influencer yang memiliki jutaan pengikut dapat memengaruhi pandangan mereka tentang berbagai topik, mulai dari gaya hidup, produk kecantikan, hingga isu sosial, menciptakan pandangan umum yang serupa dalam audiens mereka.

            Konten Tasya Farasya dapat dianalisis melalui teori kultivasi dalam membahas bagaimana ia memengaruhi persepsi audiens tentang kecantikan dan gaya hidup. Salah satu cara yang paling jelas adalah dalam membentuk standar kecantikan ideal. Melalui konten yang berfokus pada makeup, skincare, dan estetika, Tasya menampilkan gambaran kecantikan yang sempurna dengan kulit mulus dan riasan tanpa cela. Audiens yang terus-menerus terpapar pada visual tersebut cenderung menginternalisasi pandangan ini sebagai standar kecantikan yang normal, yang sesuai dengan konsep mainstreaming dalam teori kultivasi.

            Selain itu, konten Tasya juga memengaruhi pola konsumsi audiensnya. Melalui berbagai review dan rekomendasi produk kecantikan, Tasya mendorong pengikutnya untuk mencoba produk-produk yang ia tampilkan, baik lokal maupun internasional. Dengan menampilkan hasil positif dari produk-produk tersebut, Tasya secara tidak langsung mengultivasi perilaku konsumtif di kalangan pengikutnya, yang merasa bahwa produk yang ia rekomendasikan dapat membantu mereka mencapai kecantikan ideal.

            Konsep resonansi juga relevan dalam analisis konten Tasya. Banyak pengikutnya yang memiliki ketertarikan atau aspirasi yang selaras dengan gaya hidup dan kecantikan yang ia tampilkan. Ketika pengalaman atau impian audiens berhubungan dengan pesan yang disampaikan Tasya, resonansi terjadi, yang membuat pengaruh media menjadi lebih kuat. Audiens merasa bahwa dengan mengikuti rekomendasi dan tips dari Tasya, mereka dapat mencapai hasil yang serupa dalam kecantikan dan gaya hidup.

            Terakhir, Tasya juga memengaruhi persepsi audiens tentang gaya hidup. Selain kecantikan, ia sering menampilkan gaya hidup mewah yang glamor, yang mengaitkan kesuksesan dengan konsumsi barang-barang mewah dan penampilan sempurna. Dalam konteks teori kultivasi, hal ini dapat memotivasi pengikutnya untuk mengejar gaya hidup serupa, dengan harapan mencapai kesuksesan dan kebahagiaan yang ia gambarkan. Gaya hidup yang ditampilkan Tasya semakin memperkuat pengaruhnya dalam membentuk norma sosial dan aspirasi audiens.

            Melalui teori kultivasi, kita bisa melihat bagaimana konten Tasya Farasya berperan dalam membentuk persepsi audiens tentang kecantikan dan gaya hidup. Dengan paparan yang terus-menerus terhadap standar kecantikan yang sempurna, seperti kulit mulus dan riasan tanpa cela, serta gaya hidup mewah yang sering ia tampilkan, audiens mulai menginternalisasi pandangan ini sebagai sesuatu yang ideal dan diinginkan. Hal ini sejalan dengan konsep mainstreaming dalam teori kultivasi, di mana pesan yang disampaikan secara berulang-ulang menciptakan standar yang diterima secara umum. Tasya, sebagai influencer yang memiliki pengaruh besar, turut membentuk tren kecantikan yang banyak diikuti, memengaruhi pola konsumsi audiensnya, serta memperkenalkan gaya hidup tertentu sebagai simbol kesuksesan. Dalam konteks ini, media sosial berfungsi sebagai platform yang memperkuat pengaruh tersebut, menunjukkan bagaimana media digital kini berperan besar dalam membentuk norma sosial dan perilaku masyarakat. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun