Mohon tunggu...
rarahanum
rarahanum Mohon Tunggu... Mahasiswa - menjadi wanita mandiri

make up

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dimensi Historis Ibadah Puasa

10 Desember 2024   14:55 Diperbarui: 10 Desember 2024   14:54 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Syamsul Yakin dan Rara Hanum

(Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) 

       Ibadah puasa juga menunjukkan bahwa orang-orang yang beriman sangat patuh kepada Allah karena mereka mampu menahan makan atau minum dan hal-hal yang membatalkan puasa. Puasa merupakan rangkaian aktivitas yang Istimewa. Pada saat berpuasa, terutama saat bulan Ramadhan kita dilatih untuk jujur pada diri sendiri. Allah memerintahkan puasa bukan tanpa sebab. Karena segala sesuatu yang diciptakan tidaka ada yang sia-sia dan segala sesuatu yang diperintahkan-Nya pasti demi kebaikan hambanya. Puasa terbagi menjadi dua macam yaitu, puasa wajib dan sunnah. Puasa wajib terdiri dari puasa Ramadhan, puasa kafarat, puasa nazar dan puasa qadha. Sedangkan puasa sunnah terdiri dari puasa senin-kamis, puasa Arafah, puasa asyura dan tasu’a, puasa bulan sya’ban, puasa ayyamul bidh, puasa syawal, dan Daud. Lalu bagaimana dimensi historis ibadah puasa? 

Puasa dalam bahasa Arab dinamakan “shiyam” dan “shaum”. Secara etimologi, menurut Syaikh al-Ghazi dalam Fath al-Qarib, puasa (shiyam dan shaum) artinya menahan diri dari sesuatu. Karena itu, tulis Wahbah al-Zuhaili dalam al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, ungkapan “Shama ‘an al-Kalam” artinya menahan dari berbicara. Secara terminologi, sebagaimana diungkap Ahmad Mushthafa al-Maraghi dalam kitab tafsirnya, puasa adalah menahan makan, minum, dan bersetubuh sejak fajar hingga terbenamnya matahari karena mengharap pahala dari Allah SWT.Menurut para sufi, puasa adalah menahan diri dari makan, minum, dan bersetubuh dengan sejak matahari terbit hingga maghrib karena mengharap ridha Allah dan untuk menyiapkan diri untuk bertakwa kepada-Nya, perkataan yang mengundang fitnah, serta perkataan yang diharamkan dan dimakruhkan menurut syarat-syarat yang telah ditentukan dan waktu yang telah ditetapkan. 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ ۝١٨٣

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Q.S Al-Baqarah: 183)

Menurut tafsir Al-Qur’an Kementerian Agama (kemenag) RI, Surah Al Baqarah ayat 183 menjelaskan terkait Kewajiban puasa. Dikatakan bahwa puasa dapat mendidik jiwa, mengendalikan syahwat, dan menyadarkan manusia memiliki kelebihan dibandingkan hewan. Puasa juga dikerjakan manusia bertakwa dengan melaksanakan perintah puasa juga diwajibkan bagi umat nabi terdahulu. Melalui surah Al Baqarah ayat 183, Allah SWT menunjukan perintah puasa kepada orang-orang yang beriman.

Puasa terbagi menjadi puasa wajib dan puasa sunnah. Puasa wajib terdiri dari puasa Ramadhan, puasa Kafarat, puasa Nazar, dan puasa Qadha. Puasa sunnah terdiri dari puasa Senin-Kamis, puasa Arafah, puasa Asyura dan Tasu'a, puasa Bulan Sya'ban, puasa Ayyamul Bidh, puasa Syawal, puasa Daud. 

Puasa merupakan ibadah istimewa yang menunjukkan ketaatan orang beriman kepada Allah dengan menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa dari fajar hingga terbenam matahari. Ibadah ini bertujuan untuk mendidik jiwa, mengendalikan syahwat, dan mencapai ketakwaan, sebagaimana dijelaskan dalam Surah Al-Baqarah ayat 183. Puasa terbagi menjadi dua, yaitu puasa wajib seperti puasa Ramadhan, kafarat, nazar, dan qadha, serta puasa sunnah seperti Senin-Kamis, Arafah, Asyura, Tasu’a, Syawal, Daud, dan lainnya. Selain menahan diri dari hal-hal fisik, puasa juga mengajarkan pengendalian diri secara spiritual, yaitu menjauhi perkataan atau perbuatan yang dilarang. Segala perintah Allah, termasuk puasa, memiliki hikmah dan manfaat bagi kebaikan hamba-Nya.

   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun