Tangerang - Masyarakat Indonesia khususnya yang bermukim di wilayah Jabodetabek, tidak asing lagi dengan kesemrawutan lalu lintas. Banyak sekali pengendara lalu lintas yang melanggar aturan dan hukum berkendara. Berdasar data pusiknas.go.id, jumlah pelanggar lalu lintas di Indonesia sebanyak 1.198.095 kasus, terhitung dari awal tahun 2023 hingga saat ini.
Pelanggaran tersebut didominasi oleh pengendara motor sebanyak 804.586 kasus, disusul oleh pelanggar pengendara mini bus sebanyak 155.379 kasus. Sebanyak 51.30% pelanggaran lalu lintas tergolong dalam klasifikasi pelanggaran ringan, 8.57% pelanggaran sedang, dan 40.12% pelanggaran berat.
DD (18), seorang pelajar, mengaku pernah mendapat tilang dari Polisi akibat melanggar peraturan lalu lintas.
"Aku pernah kena tilang sekali, di daerah Fatmawati - Jakarta Selatan. Aku pake helm, tapi lupa gak bawa SIM dan STNK", ucap DD saat ditemui di Larangan Utara, Kota Tangerang, Sabtu (17/06/2023).
Sedangkan, NA (20), seorang mahasiswa, juga mengaku pernah mendapat tilang akibat tidak menggunakan helm.
"Iya, saya pernah kena tilang di Lebak Bulus -- Jakarta Selatan. Waktu itu gak sadar ada Polisi, kebetulan pas lagi gak pake helm", pengakuan NA saat diwawancara di hari yang sama dengan DD.
Ketika ditanya mengenai hukum berkendara, kedua narasumber tersebut kompak menjawab belum atau tidak mengetahui aturan yang mengatur lalu lintas di Indonesia.
Padahal, hukum ketertiban lalu lintas dan berkendara di Indonesia sangat jelas diatur dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 2009. Undang-undang ini juga dengan tegas memberikan sanksi dan hukuman bagi pelanggar lalu lintas.
Salah satu pasal, yaitu Pasal 106 Ayat 8 mengatur pengendara motor yang tidak menggunakan helm berstandar nasional Indonesia akan dipidana paling lama satu bulan atau denda paling banyak Rp 250.000.
Sedangkan untuk aturan mengenai surat menyurat berkendara, tertuang dalam Pasal 106 Ayat 5 yang sanksi dan hukumannya sama dengan Pasal 106 Ayat 8, yaitu pidana kurungan paling lama satu bulan dan denda Rp 250.000.
Ketika ditanya pendapatnya mengenai sikap pengendara yang masih banyak melanggar, kedua narasumber tersebut menjawab bahwa kesadaran masyarakat Indonesia untuk mematuhi aturan berkendara dan lalu lintas masih sangat rendah.
"Menurut saya, kesadaran masyarakatnya yang kurang melek sama hukum dan aturan. Jadi bukan salah aturannya, sehingga yang perlu ditingkatkan lagi adalah pendidikan masyarakatnya. Bisa melalui sosialisasi atau kampanye yang unik agar bisa dengan mudah diterima masyarakat Indonesia yang sukanya hal viral dan seru", jelas NA.
DD juga menyampaikan pendapat yang sama mengenai kesadaran masyarakat terhadap aturan berkendara dan berlalu lintas.
"Menurut saya, masyarakat Indonesia kebanyakan yang merasa 'bodo amat' sama aturan dan hukum. Jadi hal ini yang harus gencar ditingkatkan, awareness masyarakatnya", ujar DD.
Kesadaran masyarakat Indonesia terhadap hukum dan aturan berlalu lintas masih sangat rendah, terbukti dari banyaknya kasus pelanggaran lalu lintas. Banyaknya pelanggaran ini menandakan perlu adanya sosialisasi yang lebih efektif dari Pemerintah dan Kepolisian mengenai aturan lalu lintas yang berlaku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H