Dengan melonjaknya penumpang KRL, KCI telah mengantisipasi lonjakan penumpang dengan menambah jumlah perjalanan KRL dari 30 perjalanan per hari menjadi 34 perjalanan per hari. Menurut Shinta pegawai KAI di stasiun Palur "Dengan adanya penambahan perjalanan KRL Jogja-Solo ini diharapkan dapat mengatasi lonjakan penumpang, dan ini cukup efektif karena dengan adanya tambahin perjalanan para penumpang dapat memilih waktu yang kondusif" ucapnya saat diwawancarai.
Kenaikan jumlah penumpang ini telah diantisipasi oleh KCI dengan menambah jumlah perjalanan KRL dan memperpanjang waktu operasional. KCI menambah gerbong kereta dari 6 gerbong menjadi 8 gerbong per rangkaian. KCI berharap dengan ditambahnya 2 gerbong tambahan dapat mengatasi lonjakan tersebut, namun hal ini justru belum memecahkan masalah penuhnya gerbong kereta KRL tujuan solo tersebut.
Menurut Ibu khair  wisatawan pengguna KRL Jogja-Solo "Saya ke jogja memang sedang liburan bareng anak dan cucu cucu saya, menurut saya meskipun sudah ditambah gerbong dan perjalanannya, namun masih saja kekurangan tempat dan harus berdesak desakan di dalam gerbong" ucapnya saat diwawancarai mengenai efek dari penambahan gerbong kereta.
Lonjakan penumpang ini tak lepas dari momen libur Lebaran yang dimanfaatkan masyarakat untuk mudik dan berwisata. KRL Jogja-Solo menjadi pilihan utama karena menawarkan harga yang terjangkau, waktu tempuh yang singkat, dan akses yang mudah ke berbagai tempat wisata di Jogja dan Solo.
Para pengguna KRL lebih memilih berdesakan dari pada menggunakan kendaraan pribadinya, karena jalur mobil dan motor pasti sangat padat dan macet karena banyaknya wisatawan luar kota yang memilih jogja dan solo sebagai tempat liburan. Banyak wisatawan dari berbagai daerah yang pergi liburan ke solo dan jogja, tidak sedikit wisatawan luar jogja dan solo juga menggunakan KRL sebagai transportasi antar kota selama mereka berlibur. Menurut mereka menggunakan KRL adalah alternatif terbaik untuk menghindari kemacetan dan kepadatan jalan raya. Mereka juga setuju jika menggunakan KRL sangat mempersingkat waktu perjalanan mereka, meskipun mereka harus berdesakan dan menahan lelahnya berdiri di dalam kereta.
Meskipun penuh sesak, suasana di KRL Jogja-Solo selama Lebaran tetap terkendali. Petugas keamanan dan KAI Commuter siaga di setiap stasiun dan kereta untuk menjaga kelancaran dan kenyamanan penumpang. Para penumpang pun terlihat saling membantu dan menjaga toleransi, sehingga perjalanan mudik dan wisata mereka terasa aman dan menyenangkan.
Lonjakan penumpang KRL Jogja-Solo di Lebaran 2024 menunjukkan bahwa KRL telah menjadi moda transportasi pilihan bagi masyarakat di wilayah Yogyakarta dan Solo. KRL menawarkan alternatif yang aman, dan terjangkau untuk bepergian, baik untuk mudik maupun wisata. Hal ini sejalan dengan komitmen KCI untuk terus meningkatkan pelayanan dan infrastruktur KRL demi kenyamanan dan kepuasan para penggunanya.
Namun dampak positifnya dengan melonjaknya pengguna KRL, pendapatan KCI sangat meningkat pesat.  Karena KRL sangat membantu Masyarakat dalam mobilitas selama libur lebaran.  Masyarakat mempercayakan KRL sebagai transportasi antar kota jogja dan solo yang sangat efektif untuk bepergian agar terhindar dari  padatnya jalan raya. Dengan ramainya pengguna KRL antar Jogja-Solo hal ini sangat dapat kita pahami bahwa padatnya Masyarakat akan mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah Jogja dan Solo.
Sedangkan dampak negatif melonjaknya pengguna KRL yaitu kepadatan stasiun dan di dalam kereta dapat membuat para penumpang merasa tidak nyaman dan berpotensi menimbulkan keributan. Hal ini juga dapat mempengaruhi keterlambatan kedatangan dan keberangkatan KRL dalam beberapa waktu karena tingginya Volume penumpang.