Sesaat manusia mengeluhkan selalu
Tanpa panjang berpikir
Seolah-olah tiada yang membantu
Hingga ia seakan berhenti untuk mau berbenah
bingarnya dunia bagai setan yang menggoda
kegilaan-kegilaan baru selalu datang menghampiri
laksana mentari pagi yang selalu bersapa ria
kemudian pergi tenggelam tak diketahui
syair-syair yang pernah ku tulis dalam hati
kini terpatahkan jua
deretan panjang kata-kata dan doa
kini perlahan mulai meyakini
kehadiran seseorang yang mungkin tak pernah disangka
kehadiran jiwa yang selama ini tak pernah diduga
menyapa indah di setiap hari baruku
dan ku yakin itu yang ku mau
luka yang tlah lama tergores
pilu yang tlah lama tersudut
perlahan tersingkirkan
perlahan terpatahkan
seperti tulisan maha karya dari-Nya
tulisan yang sesungguhnya indah
yang seharusnya kita mau dan mampu mencari maknanya
hanya kita yang bisa... hanya kita, jika mau
goresan takdir yang tersembunyi
yang kini datang untuk menyapa
mengganti pilu dengan senyum
mengganti luka dengan bahagia
karya seni-Nya tiada banding
yang harusnya kita mau menikmati dan bersyukur
grafity yang bersinar yang pernah ada
yang harusnya kita tahu dan mau bersyukur
grafity yang indah yang menghadirkan sosok pendamping bagi jiwaku
untukmu... suamiku... kaulah grafity yang paling indah dari-Nya,
Wahyu Ari Wibowo...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H