Mohon tunggu...
Rara Intan Mutiara Fajrin
Rara Intan Mutiara Fajrin Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Pasca Sarjana IAIN Surakarta Program Studi Manajemen Pendidikan Islam

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Melukis Wajah Sang Pendekar Kaumnya

21 April 2016   07:07 Diperbarui: 21 April 2016   07:35 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                Ibu kita Kartini, Putri Sejati

                Putri Indonesia, Harum namanya

                Ibu kita Kartini, Pendekar Bangsa

                Pendekar Kaumnya, Untuk Merdeka

                Wahai Ibu Kita Kartini, Putri Yang Mulia

                Sungguh Besar Cita-citanya, Bagi Indonesia

 

Syair lagu di atas merupakan salah satu lagu wajib nasional yang biasanya harus tahu dan hafal, terlebih ketika bertepatan dengan harinya. Dari awal lirik lagu di atas, sudah dapat dipastikan, bahwa pada hari ini (21 April 2016), merupakan hari yang diperingati untuk memperingati hari Kartini. Sudah tahu semuanya bukan? Bagaimana beliau dapat disebut sebagai pahlawan bangsa? 

Penulis sudah dapat memastikan semuanya ingat tentang Ibu Kartini, karena ketika duduk di bangku Sekolah Dasar kita mendapatkan pengetahuan sejarah tentang beliau, diceritakan oleh guru-guru kita tentang jasa-jasanya membela kaum wanita, memperjuangkan hak-hak wanita, sehingga sampailah kita – kaum wanita khususnya – mendapatkan porsi yang sama dengan kaum pria untuk dapat menuntut ilmu serta dapat bekerja sebagaimana mestinya.

Setiap tanggal 21 April biasanya di sekolah-sekolah mengadakan upacara peringatan Hari Kartini, meski ada beberapa yang sebagian tidak mengadakan upacara dan hanya cukup mengerti bahwa hari ini adalah hari Kartini. Penulis masih ingat betul, ketika masih duduk di bangku kelas I SD, setelah upacara di hari tersebut, semua masuk kelas dan kami diajarkan bernyanyi lagu Ibu Kita Kartini. Namanya juga masih anak-anak, apalagi masih kelas I, bernyanyi merupakan salah satu hal yang kami suka. 

Pertama kali penulis hafal tentang lagu-lagu nasional, pertama ialah lagu Garuda Pancasila, Indonesia Raya, setelah itu lagu Ibu Kita Kartini – kata ibu saya, saya paling suka dengan lagu Garuda Pancasila dan sudah hafal sejak TK, hehehe. Penulis masih ingat, sesampainya di rumah masih bersenandung ria dengan lagu tersebut. Guru kami pada waktu itu, juga menceritakan kilas sejarah tentang Kartini mengapa menjadi salah satu pahlawan nasional karena jasa-jasanya untuk kaum wanita.

Terkait dengan Hari Kartini, ternyata ada beberapa sekolah yang masih melestarikan budaya untuk memakai pakaian adat atau kebaya dan berdandan cantik ke sekolah, bahkan mungkin gurunya juga tidak mau kalah. Salah satu SD yang mana penulis mengajar ekstrakurikuler di sana, juga mengenakan pakaian tersebut pada hari Kartini, para siswa-siswinya berdandan bagus dan cantik ke sekolah.

 Ternyata masih ada beberapa apresiasi unik dalam memperingati Hari Kartini ini, jelang di hari-hari sebelumnya, di beberapa sekolah mengadakan lomba untuk para siswanya dalam rangka memperingati Hari Kartini. Sejauh ini, yang penulis ketahui – salah satu SD lagi dimana penulis mengajar ekstrakurikuler di sana – di beberapa sekolah ada yang mengikutkan siswanya untuk lomba mewarnai gambar Ibu Kartini (di kelas kecil seperti kelas 1-3), sedangkan untuk siswa lainnya lomba menggambar Ibu Kartini. Selain itu, juga ada yang berlomba untuk membacakan syair puisi tentang Kartini sebagai Pahlawan. Masing-masing dari kategori tersebut akan dipilih dan ditentukan siapa juaranya, dan sudah tentu mereka yang menjadi juara mendapatkan bingkisan dari kejuaraannya.

Tidak hanya di SD yang mengadakan lomba melukis wajah Sang Pendekar Kaum Wanita, tepat di hari kemarin – Rabu, 20 April 2016 – ketika penulis sedang berkunjung di SMA tempat penulis belajar dulu (alumni di sekolah tersebut) untuk mencari informasi atau data mengenai kegiatan yang menarik untuk penulis teliti, salah seorang guru yang sangat penulis kenal dan tentu ingat, meminta untuk menilai hasil dari lukisan siswa-siswa di sana yang mana dari lukisan tersebut adalah mirip dan bagus hasilnya. 

Penulis sedikit tercengang, karena sejak penulis duduk di bangku SMA, belum pernah ada apresiasi seperti itu, walaupun demikian penulis tetap bangga ada beberapa hal kemajuan dari guru maupun siswanya dalam memperingati hari Kartini.

Merasa bahwa guru tersebut percaya dengan penulis – karena lukis adalah bidang yang pernah penulis geluti dari TK hingga sekarang – mengenai seni rupa, maka dengan senang hati saja penulis memilih dua karya siswa yang terbaik untuk patut diacungi jempol. Dua karya yang penulis pilih sama-sama berwujud dalam sektsa hitam putih, akan tetapi satu karya yang satu mengunakan teknik arsir, hasilnya cukup bagus untuk ukuran siswa SMA, karena tidak semua siswa dapat membuatnya hingga gambar yang dihasilkan hampir mirip dengan Ibu Kartini semasa hidupnya. Arsiran yang dibuatnya cukup halus dan rapi, penulis salut dengan siswa-siswa di sana.

Penulis menyadari, dan memahami dari hasil pengamatan penulis selama ini, ternyata menanamkan rasa nasionalisme terhadap pelajar tidak hanya sekedar kata-kata saja. Akan tetapi dengan berbagai tindakan seperti di atas sebagaimana penulis sebutkan. Ada nilai positif dari kegiatan tersebut. Di antaranya, pelajar dapat mengingat bagaimana wajah sang pendekar kaum wanita, pelajar tidak melupakan sejarahnya hingga dapat memerdekakan kaum wanita, dan pelajar dapat menunjukkan potensi atau bakatnya dengan membaca puisi, melukis, atau menjadi model. 

Meski bidang-bidang tersebut bukanlah di bidang akademis, pelajar dapat menemukan hobi dan kesukaannya. Selain itu, dalam menanamkan rasa nasionalisme pada pelajar akan terus berjalan. Jika saja di setiap peringatan hari-hari nasional diadakan kegiatan serupa dengan hari Kartini, penulis rasa, penanaman nasionalisme di jiwa pelajar dapat terpupuk sejak dini, dan harapan penulis, para pelajar ini kelak dapat memberikan gelar generasi penerus bangsa seperti Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno yang diakui sebagai Macan Asia.

[caption caption="Gambar Kartini"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun