Mohon tunggu...
Rara Avis
Rara Avis Mohon Tunggu... -

Pembaca Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sejuta Tanya Terus Bergema

29 Mei 2016   13:16 Diperbarui: 29 Mei 2016   17:56 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dulu, aku begini

Bermimpi agar begitu

Lalu begitu aku menjadi seperti kini

Kala semua sudah berganti

Tak kukenali lagi

Kukehilangan diri

Juga mimpi itu

Mana yang sejati?

Dan juga yang palsu?

Bisakah kautahu?

Diriku?

Di manakah kesejatian itu?

***(())***

Mungkin selama ini kuberjalan mengambang

Di atas awan bayangan kemenangan

Meniti tali bergerigi

Memerosotkan nyali

N’tuk kembali menelusuri hati dan janji

Keteguhan seakan runtuh

Lalu kekosongan melolong sepenuh resah

Menggema bertalu-talu

Jauh di lubuk kalbu

***(())***

Jalan berkabut membuatku ciut

Menelusuri sungai dan anak sungai-Mu

Memberi tanda tujuanku

Di mulut hutan itu kuterjerembab

Sulur merayu menjerat s’babkan penat

Ku tak berdaya berada dalam cengkeraman singa jejadian

Siap menerkam dan mengoyak habis ragaku

Lidah melawan kelu

Batin meradang kesia-siaan

Lumpuh sudah sang waktu

Meleburkan asa menggebu

Tidak, oh tidak

Di manakah aku?

Ke mana jalan sejatiku?

Kembalikan diriku pada yang sejati

Sang Aku.

***(())***

*Penghujung bulan menghujan*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun