Pemanfaatan Media Massa Sebagai Upaya Menanggulangi Islamofobia
(Tanggapan terhadap tulisan Gaea Putri Devina)
Oleh: Raqhell Safitri
     Secara umum, pencitraan negatif mengenai Islam utamanya dipicu oleh tindakan anarkis dan radikal yang mengatasnamakan Islam atau biasa dikenal dengan aksi terorisme. Misalnya, peristiwa 9/11 yang telah memberikan dampak buruk terhadap citra Islam di dunia Barat. Terorisme yang kini selalu disangkutpautkan dengan umat muslim menyebabkan peningkatan tindakan Islamofobia, khususnya di negara Barat.
     Terjadinya peningkatan tindakan Islamofobia ini menyebabkan nilai-nilai hak asasi manusia (HAM) kian memudar dengan berbagai tindak intoleransi yang terjadi kepada umat muslim di negara bagian Barat, salah satunya Amerika Serikat.
     Sebuah lembaga riset, Pew Research Centre, menyatakan Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Rusia adalah beberapa negara di dunia dengan tingkat diskriminatif yang tinggi terhadap pemeluk agama dan perbedaan agama. Sebanyak 82 persen responden mengatakan umat muslim menghadapi diskriminasi, sementara 80 persen dari mereka yang disurvei mengatakan orang kulit hitam menghadapi sejumlah diskriminasi.
     Pew merilis data tersebut, setelah Presiden Donald Trump mengunggah video yang menyerang anggota kongres Muslim, Ilhan Omar dari Minnesota. Video itu menampilkan Omar yang sedang berpidato, di mana ia membahas bagaimana Muslim Amerika dianggap sebagai warga negara kelas dua setelah serangan teror 11 September 2001. Beliau mengatakan, sejak presiden mengunggah cuitan itu memicu kritik bahwa presiden Trump membiarkan serangan berbahaya terhadap pejabat terpilih negara seperti Rashida Tlaib dari Michigan yang bergabung dengan Omar sebagai anggota Kongres Amerika Serikat.
     Maka, dalam hal ini penggunaan media massa sangat berperan aktif dalam menciptakan citra positif umat Islam akibat pengatasnamaan tindak anarkis yang sangat merugikan semua pihak, khususnya umat muslim.
Media massa sebagai upaya meningkatkan citra positif umat muslim dengan memanfaatkan teknologi serta informasi yang menggambarkan kekuatan umat Islam dan kegiatan-kegiatan positif lainnya bisa menjadi alternatif yang memicu branding baik terhadap wajah umat muslim.
Selain siaran televisi, radio, maupun media cetak, pemanfaatan media sosial di era digitalisasi juga bisa meningkatkan citra positif pada umat muslim di Amerika Serikat maupun Indonesia. Salah satunya yang merujuk pada QS. Al-Anbiya: 107 dapat ditarik satu konsep principal yang senantiasa dibawa oleh syariat Islam yakni menebar kasih saying kepada seluruh makhluk. Rahmat dalam ayat ini di-muqayyad-kan dengan seluruh alam semesta, tidak hanya pada penganut agama Islam semata. Dengan kata lain, misi agama Islam ialah mencinta dan menciptakan keharmonisan dalam kehidupan, baik sesama penganut agama Islam maupun yang berbeda keyakinan.
Meskipun dalam realitanya, penggiringan opini yang dinilai sebagai satu cara paling jitu untuk menghadang kemajuan Islam, media massa memiliki kemampuan untuk mengubah perspektif, opini, serta mengubah kebiasaan masyarakat.
Dengan memanfaatkan tokoh agama dalam mengambil peran di media sosial serta menghargai hak orang lain dalam menghadirkan kerukunan dalam hidup, media sosial bisa dijadikan sebagai sarana untuk mengajarkan misi rahmatan lil’alamin yang senantiasa menjadi ruh dalam setiap perjuangan agama Islam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H