Saya teringat masa sebelum pandemi melanda negeri kita tercinta. Setelah bel pulang menggema seantero sekolah, saya langsung menyimpan tas di ruang ekskul, mengambil kunci motor, dan tancap gas ke sebuah tempat. Rasa lapar setelah belajar setengah mati mengantarkan saya ke surga dunia bernama Warung Tegal (Warteg).
Walaupun terkesan lebay, tapi kenyataannya memang demikian. Warteg itu surganya anak kos, bapak-bapak, dan ibu rumah tangga yang baru beres lari pagi. Lauk pauk yang beragam, nasi yang melimpah, dan harga yang murah adalah alasan tempat ini layak disinggahi.Â
Maklum, saya hanya pelajar SMA yang sarapan saja sempat tak sempat. Uang jajan pun tak seberapa, sehingga saat istirahat saya harus rela makan hanya dengan 2 tempe, 1 bala-bala, dan 2 lontong.Â
Jelas apabila saya dihadapkan antara mie ayam mas berotot dan warteg sebelah kecamatan, dengan tegas saya akan memilih warteg. Jika ada yang lebih murah dan kenyang kenapa harus pilih yang sedikit lebih mahal?
Sebagai orang yang sedikit banyak menjajal warteg di sekitar rumah, saya kerap melihat banyak orang masih awam dalam memaksimalkan potensi makan di warteg.Â
Setelah melalui banyak peninjauan, penelitian, dan pemikiran filosofis ala anak senja. Akhirnya, saya berhasil menyusun gagasan, opini, dan pemikiran saya dalam artikel ini.Â
Untuk teman kos-kosan, kawan perantau, bapak-bapak komplek, dan ibu-ibu muda di luar sana. Berikut ini saya persembahkan, kiat-kiat menjadi pembeli cerdas di warteg ala penulis.
Pertama, carilah warung tegal yang aman dan nyaman. Tak hanya hotel, warteg pun harus terjamin kualitasnya. Jangan sampai pembaca memilih warteg yang salah.Â
Carilah warteg dengan cita rasa yang sesuai lidah pembaca. Pastikan warung tegalnya jauh dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan sebangsanya. Jangan terlalu percaya dengan harga yang murahnya kebangetan. Ingatlah, hemat boleh sakit jangan.Â
Kedua, bangunlah relasi dengan pemilik warteg. Terdengar konyol, namun percaya pada saya. Relasi yang baik akan memberikan keuntungan di kemudian hari. Mulai dengan memberikan kesan pertama yang baik, mulailah untuk tidak memiliki hutang di hari pertama.Â
Saya yakin alih-alih diperbolehkan menghutang yang ada nama pembaca akan masuk daftar hitam. Belum bonus omelan pemilik warteg dan sendok yang terbang ke wajah pembaca.