Paham ya. Sebaiknya, dalam bermedia sosial itu seperti yang dikatakan dr Posma Siahaan. Pria yang berprofesi sebagai dokter di rumah sakit swasta di Palembang ini memanfaatkan media sosial sharing ide, pengetahuan dan pengalaman. Pastinya bisa dilihat medsosnya dok posma (panggilan akrab kami) @posma_md.Â
Pun begitu dengan Nindy (@hello.bondy) dan Dues K Arbain (@dues_68). Mang du-begitu kami biasa menyapa Dues K Arbain-memanfaatkan media sosial sebagai salah satu tools untuk tahu rekam jejak seseorang. Konon katanya, medsos sudah lazim digunakan sebagai alat untuk mengetahui latarbelakang ataupun karakter seseorang.Â
Seram ya. Tapi boleh-boleh saja toh hanya sebagai salah satu refrensi, bukan mutlak. Saya saja tidak terlalu tertarik dengan orang-orang yang suka men-share ujaran kebencian, kekerasan seksual dan semisalnya. Apalagi kalau yang diposting atau share tersebut tidak jelas asal usulnya. Tidak bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.Â
Kembali kepada pesan Deddy Huang tadi, kalau tidak ada menfaatnya untuk apa dishare. Apalagi kalau hanya menambah keruh suasana. Alih-alih persoalan yang terjadi redam justru bisa memicu persoalan baru. Inilah yang disebut dengan "Positif Bermedia Sosial". Tidak posting dengan bumbu kebencian, tidak komentar dibawah kendali hawa nafsu dan tidak berbagi sesuatu yang kotor.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H