Ranah politik Indonesia kembali ramai. Baliho, spanduk calon anggota legislatif dan calon presiden bertebaran di jalan-jalan dan tempat-tempat umum. Iklan media cetak, online dan sosial media pun begitu.Â
Secara garis besar, isinya sama. Ingin memperkenalkan diri kepada masyarakat bahwa pengiklan akan mencalonkan diri pada pemilihan legislatif (Pileg) mendatang.Â
Pileg dan Pilpres 2019 akan digelar serentak pada 17 April 2019. Â
Kemasannya saja yang berbeda. Sangat tergantung dengan kreativitas pembuat iklan. Kenapa pembuat iklan? Bukan tidak menaruh percaya kepada calon legislatif tersebut memiliki kreativitas yang tinggi, namun lazimnya, memang begitu. Pembuat iklan lebih kreatif dalam merangkai kata, mencari moment dan ataupun pilihan warna. Seperti saya.....
Kenapa pula, calon legislatif harus mengiklankan dirinya? Pribahasa "Tak kenal maka, Tak Sayang" sepertinya masih berlaku di masyarakat Indonesia. Umumnya, pemilih akan memilih calon-calon yang dikenalnya. Terlepas seberapa dalam pemilih mengenal calon tersebut.Â
Sering kali terungkap bahwa ada masyarakat yang memilih seorang calon karena pernah bertatap muka dalam acara perayaan 17 Agustus, pernah membantu pembangunannya jalan, pernah mengadakan khitanan massal atau pernah memberikan nasi bungkus untuk makan siang. Seperti apa proses perkenalannya, kalau tak dikenal jangan harap akan dipilih.Â
Proses perkenalan inilah yang membuat biaya (cost) politik menjadi mahal. Dalam suatu kesempatan saya pernah membuat budget event untuk seorang calon anggota legislatif. Ceritanya, calon tersebut baru akan menceburkan dirinya dalam dunia politik. Selama ini aktivitas kesehariannya memang belum banyak berhubungan dengan masyarakat umum.Â
Untuk itu, supaya dikenal masyarakat calon tersebut ingin terjun ke masyarakat. Salah satu cara yang dipakai yakni dengan menggelar event yang melibatkan masyarakat. Tentunya masyarakat yang berada dalam wilayah dimana dirinya dicalonkan. Eventnya juga harus menyesuaikan dengan kondisi warga, supaya memberi kesan dan bermanfaat.Â
Diawali dengan survei kecil-kecilan ke kelompok masyarakat diwilayah tersebut. Selanjutnya baru dapat gambaran kegiatan apa yang diinginkan warga dalam waktu terdekat. Alhasil dipilihlah bakti sosial khitanan massal kepada 100 anak. Dimana biaya khitan untuk satu anak didapat harga sebesar Rp 350 ribu. Itu sudah melalui nego yang cukup alot.Â
Dengan mengkhitan sebanyak 100 anak, total calon anggota legislatif tadi membutuhkan dana sebesar Rp 35 juta untuk biaya khitan. Belum ditambah dengan biaya-biaya lain seperti tenda, konsumsi, pembawa acara, kru pelaksana dan keperluan lainnya yang tidak terduga. Setidaknya untuk sebuah event dibutuhkan dana sebesar Rp 50 juta per lokasi.Â