Mohon tunggu...
Rappi Darmawan
Rappi Darmawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - saya pekerja baik-baik

punya seabrek cita-cita, belum taat beribadah, ingin memperbaiki diri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Musim akan Berganti

13 Agustus 2018   15:23 Diperbarui: 13 Agustus 2018   15:28 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Maaf, Bapak tidak pergi ke kantor hari ini," sapa Bibik. 

"Iya, sudah pukul berapa Bik?" saya balik bertanya. Rupanya saya terbawa lamunan. 

"Sudah pukul 08:00 wib" jawab Bibik. 

Saya langsung bangkit dari duduk dan bergegas berganti pakaian. Bibik belakangan lebih sering mengingatkan kalau saya lupa. Memang hanya ada saya dan bibik yang tinggal di rumah. 

Dari pagi, anak-anak dan istri sudah berangkat ke tempat aktivitas masing-masing. Semuanya sudah berubah seperti musim kemarau yang akan berganti penghujan. 

Sejenak mata saya tertuju pada koran yang tergeletak diatas meja tamu. Saya jadi penasaran untuk membaca berita yang menjadi headline pagi itu "Pasangan Calon Presiden - Wakil Presiden, Jokowi -Mak'ruf Amin Jalani Tes Kesehatan". Pemberiksaan kesehatan merupakan tahap yang harus dijalani calon pejabat negara. 

Ini juga merupakan pertanda akan terjadi pergantian pemerintahan, seperti musim penghujan dengan adanya hujan ringan. Pergantian pemerintahan dimulai dengan tahap-tahap pemilihan presiden. Namun pergantian musim itu pasti, setelah kemarau akan terjadi hujan. Meskipun kemarau panjang tapi musim penghujan akan tetap ada. 

Sementara pergantian pemerintahan sangat sulit ditebak. Tidak salah kalau ada pendapat bahwa politik sulit diterka. Teman bisa jadi lawan, lawan bisa jadi teman. Kadang suatu rezim pemerintahan bisa bertahan hingga beberapa priode, tapi juga bisa runtuh tidak dalam satu priode. 

Saya hanya bisa berharap, pemerintah yang menjalankan negara ini bisa bekerja seperti bapak. Tidak membabat hutan dengan membabi buta. Tidak membakar semak belukar sembarangan tapi membuat pembatas dan merapikan dahan yang keluar area agar api tidak menjalar ke mana-mana. 

Bapak juga tidak hanya menanam pagi di ladang tapi menambahkan palawijah yang hasilnya bisa dijual ke pasar sementara padi belum panen. Bapak masih punya uang ketika anak-anaknya meminta uang jajan. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun