Bulan-bulan ini marak iklan layanan masyarakat GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat). Ada beberapa poin penting dalam iklan tersebut. Di antaranya, ajakan rajin aktivitas fisik, konsumsi buah dan sayur setiap hari dan cek kesehatan secara rutin. Khusus konsumsi buah, untuk orang Indonesia masih dibawah standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Seperti diberitakan tribunnews.com pada 24 April 2018, konsumsi buah dan sayuran di Indonesia baru 180 gram per kapita per hari, sedangkan stardar WHO sebesar 400 gram per kapita per hari. Lengkap lihat di sini.
So, konsumsi buah dan sayuran orang Indonesia masih jauh dibawah, separuhnya saja belum sampai. Terutama pada anak-anak, kesadaran akan pentingnya mengkonsumsi buah dan sayuran sangat kurang. Wajar saja kalau Kementerian Kesehatan (Kemkes) gencar mensosialisasikan ajakan mengkonsumsi buah dan sayuran. Lantas apa persoalannya?Â
Beberapa teman mengeluh sakit mag, yang menurut mereka akibat dari mengkonsumsi buah. Ada yang mengeluh asam lambungnya naik setelah mekan jeruk atau mangga. Pernah juga ada yang mengeluhkan tekanan darah naik, setelah mengkonsumi durian atau gula darah melambung setelah makan durian.Â
Keluhan-keluhan seperti ini mungkin sudah sering terjadi. Bahkan berulang kali dikeluhkan dari orang yang sama. Tidak dipungkiri kadang ada rasa kesal, namun sebagai seorang teman tidak bisa marah. Hanya mengelus dada dan berusaha memberikan saran terbaik. Kenapa perkataan-perkataan mengkambing hitamkan buah itu masih terus berlanjut?Â
*****
Hampir setiap hari, pedagang buah yang menjajakan dagangannya di pinggir jalan disesaki pembeli. Seperti pedagang buah yang berjualan di Jl Mayor Zen, Kecamatan Kalidoni, Kota Palembang. Di sini ada banyak pedagang yang mencoba peruntungan dengan menjual buah. Ada yang menjual nanas, alpokat, jeruk, durian, dan buah-buah lainnya.Â
Tidak hanya buah lokal, namun juga buah impor. Pembeli semakin ramai di sore hari pada akhir pekan. Umumnya pembeli adalah orang-orang yang baru pulang kerja. Karena lokasi jualannya di pinggir jalan, pembeli cukup menepi sebentar untuk membeli buah yang disenangi. Pilih - bayar - bawa pulang.Â
Biasanya buah-buah yang sedang musim akan laku keras. Seperti durian, yang sekarang sedang panen. Di mana ada tumpukan durian bisa dipastikan ramai pembeli.
Meskipun harganya cukup tinggi terkadang justru tak terlalu jadi perhatian. Per buah untuk ukuran paling kecil seharga Rp 10.000, ukuran sedang Rp 25.000 dan besar bisa mencapai Rp 50.000 per buah.Â
Apa yang terjadi? Sepertinya ada kekeliruan dalam pola konsumsi buah di masyarakat. Menilik dari ramainya warga yang membeli durian yang dijajakan pedagang saat musim durian, jelas ada yang salah. Masyarakat mengkonsumsi buah berdasarkan musim bukan berdasarkan kebutuhan.Â
Membeli buah yang sedang ramai dijual. Ketika melihat banyak pedagang yang menjajakan durian, masyarakat akan menyerbu. Padahal yang dibutuhkan bukan buah durian. Akibatnya, tekanan darah naik, kolestrol tinggi dan penyakit mag kambuh.Â
Sejatinya mengkonsumsi buah dan sayuran membuat kesehatan menjadi lebih baik. Buah merupakan sumber vitamin yang dibutuhkan tubuh. Namun karena tidak memperhatikan kebutuhan, konsumsi buah jadi penyakit. Untuk itu mulai sekarang ada baiknya mengkonsumsi buah yang dibutukan, bukan karena buah tersebut sedang musim.
#salamkompal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H