Mohon tunggu...
Rappi Darmawan
Rappi Darmawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - saya pekerja baik-baik

punya seabrek cita-cita, belum taat beribadah, ingin memperbaiki diri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengulang Nol Lagi, Tidak Salah

9 September 2016   15:13 Diperbarui: 9 September 2016   15:36 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Depan rumah saya terdapat sebuah bengkel sepeda motor. Menempati ruang sekitar 3x4 meter persegi. Bengkel ini baru dibuka lagi empat bulan ini. Pelanggannya mulai berdatangan. Ada yang service ringan, seperti ganti oli, ganti busi dan sekedar tambah angin ban. Secara kasat mata tidak ada yang istimewa dengan bengkel ini. Namun hal itu tidak bagi saya yang sejak empat tahun lalu menempati rumah yang persis di depan bengkel tersebut5. 

Hanya ada jalan yang selalu ramai di pagi hari dan sore hari membatasi rumah saya dan bengkel tersebut. Jadi saya tahu persis perkembangan bengkel tersebut. Bagi saya sebuah pelajaran sangat penting sudah dicontohkan pemilik bengkel yang masih cukup muda itu. Ya, pelajaran yang sangat berharga dalam menjalani kehidupan di dunia ini.

Begini, bengkel tersebut sebetulnya sudah beroperasi beberapa tahun sebelum saya tinggal di rumah yang saya tempati sekarang ini. Pemiliknya seorang lelaki muda yang menikah diusia masih sangat belia. Persisnya setelah menamatkan sekolah menengah atas. Berbekal pengalaman seadanya, untuk mencari nafkah-sebut saja Andi- memulai usaha bengkelnya. 

Bengekel yang diberi nama sama dengan namanya tersebut melayani service sepeda motor (R2). Mulai dari jasa tambal ban, isi angin ban, ganti oli, ganti busi, service ringan hingga berat (overhoul). Letak bengkel ini cukup strategis, persis dipinggir jalan utama. Tak perlu waktu lama pengunjung bengkel  semakin ramai, omset yang didapat tentu lumayan. 

Setidaknya ini dapat dilihat dengan kemampuan bengkel tersebut bertahan. Empat tahun berjalan, disaat usahanya sedang moncer, sebuah musibah terjadi. Pemilik bengkel yang masih usia mudah itu pun labil. Bengkel yang sedang ramai-ramainya itu terpaksa tutup, pemiliknya menghilang bak ditelan bumi. Tidak ada yang tahu. 

Eitsss saya tidak ingin membahas persoalan yang terjadi pada pemilik bengkel tersebut.........................tapi mengambil pelajaran berharga yang sudah ditunjukan pemilik bengkel ini. 

Empat bulan lalu, pemilik bengkel yang menghilang itu telah kembali. Bengkel yang sudah bertahun-tahun tutup itu, dibuka kembali. Untung peralatan bengkel masih tersimpan. Satu persatu peralatan seperti generator, kunci-kunci, mesin pompa dibersihkan. Persis seperti dulu, pagi-pagi bengkel sudah dibuka dan siap melayani pengguna kendaraan bermotor yang membutuhkan pertolongan. 

Inilah pelajaran yang saya maksud. Pemilik bengkel tidak malu untuk memulai usahanya dari nol lagi. Memulai semuanya dari tidak ada menjadi ada. Dari kosong menjadi sedikit demi sedikit terisi penuh. Yakin bahwa usaha bengkel adalah hidupnya. Setidaknya tetangga saya ini, tidak mencoba peruntungan dengan membuka usaha lain. Atau banting setir mencari pekerjaan lain. Menurut saya inilah sebuah ketangguhan, yang disebut orang tahan banting, konsistensi dan kegigihan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun