Ayo sekolah !!!!!!Â
Penerimaan siswa baru, selalu menyisakan cerita. Soal sogok menyogok agar anak diterima, terutama di sekolah unggulan mungkin sudah lumrah. Maklum saja, hampir setiap tahun ada saja kasus serupa terjadi. Bahkan hampir terjadi di semua jenjang pendidikan, khususnya di sekolah negeri seantero negeri ini.
Berbagai upaya sudah dilakukan instansi terkait mengatasi hal ini. Diantaranya menstarakan kualitas sekolah, baik kegiatan belajar mengajar maupun fasilitasnya. Dengan begitu, perebutan untuk masuk ke salah satu sekolah dapat berkurang. Otomatis kemungkinan terjadi kongkalingkong bisa diminimalisir. Â
Eigtssssss...... jangan beranjak dulu. Apa yang saya alami ini bukan soal suap menyuap agar anak bisa diterima di sekolah negeri unggulan. Tapi soal kelahiran anak. Loh koq.....? Apa hubungan antara kelahiran anak dengan penerimaan siswa baru. Begini ceritanya. Baca sampai habis ya!!!!
"Buat anak jangan coba-coba," tagline iklan sebuah produk ini saya akui tepat. Membuat anak ada baiknya memperhitungkan secara matang. Termasuk bulan berapa akan dilahirkan. Januari, Februari, Maret, April, Mei atau Desember. Bulan kelahiran ini cukup penting untuk diperhatikan.Â
Seperti ini..........Â
Tahun ini anak perempuan saya masuk ke sekolah dasar. Sebelumnya selama dua tahun, sudah mengikuti pendidikan pra sekolah. Perkembangannya cukup bagus, sudah mampu berhitung, membaca, bahkan menulis, walaupun masih kurang rapih. Saya pun tidak ragu untuk mendaftarkan ke sekolah dasar. Setidaknya anak saya akan mampu mengikuti pelajaran di sekolah nantinya. Â
Semua dokumen yang menjadi persyaratan sudah siap. Foto copy kartu keluarga, akta kelahiran dan sertifikat lulus dari taman kanak-kanak. Saya mendatangi sebuah sekolah swasta berbasis Agama Islam. Pilihan ke sekolah ini karena lebih banyak materi pendidikan Agama Islam, terakreditasi, fasilitasnya juga cukup memadai. Yang pasti, letak sekolah lebih dekat dengan rumah. Biar hemat ongkos.....
Namun, apa yang terjadi? Setelah membaca brosur penerimaan siswa baru dan mendapat penjelasan dari petugas penerimaan siswa baru di sekolah tersebut, Saya dengan sangat terpaksa harus mengurungkan niat. Tak patah semangat, saya pun pindah ke sekolah swasta lainnya.Â
Lagi-lagi persoalan yang sama terjadi lagi. Apa itu? Anak saya belum bisa diterima sekolah disana. Pasalnya, usia anak saya belum cukup. Tepat pada Juni 2016, putri ketiga saya itu baru genap 5 tahun 6 bulan. Yups, putri saya lahir 17 Desember 2010.Â
Perlu diketahui, untuk tahun ajaran 2016/2017 ini persyaratan untuk penerimaan siswa baru calon siswa sekolah dasar minimal harus berumur 6 tahun. Paling tidak anak sudah berumur 5 tahun 8 bulan. Berpedoman pada aturan tersebut, anak saya masih kurang 3 bulan lagi atau 6 bulan lagi supaya genap 6 tahun. Â
Lantas apa hubungannya dengan kelahiran anak?Â
Mungkin para orang tua muda harus memperhitungkan hal ini. Kalau masih bisa diatur, sebaiknya anak-anak lahir pada bulan Januari, Februari, Maret, April, Mei dan Juni. Mepet-mepet, Juli atau Agustus. Sehingga ketika memasuki tahun ajaran baru, urusannya lebih lancar. Aturan soal usia calon siswa tahun ini cukup ketat. Konon katanya, terkait dengan kurikulum baru yang akan diterapkan. Dimana usia anak harus lebih matang, agar mampu menyerap pelajaran nanti.
Setidaknya, ketika penerimaan siswa baru usia anak sudah cukup 6 tahun. Kalaupun kurang tidak terlalu banyak supaya bisa dianulir oleh panitia penerimaan siswa baru. Kalau dulu mungkin jarang yang memperhatikan, saya misalnya. Tapi bukan berarti kurang bersyukur atas karunia yang diberikan Tuhan. Ya kalu bisa diatur, kenapa tidak. He he he he he
Terima kasih...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H