Dia menemukan bahwa komik memiliki kebebasan yang lebih besar dalam hal penempatan panel dibandingkan dengan buku dongeng yang lebih terstruktur. Dia mulai menggambar sketsa kasar untuk panel-panel yang akan dia gunakan, sambil membayangkan bagaimana cerita akan berkembang.
"Saya harus mempertimbangkan bahwa pembaca di sini lebih suka membaca dari kiri ke kanan," pikirnya. Rupert mulai menggambar dengan semangat baru, membayangkan bagaimana cerita "Kingdom of Ice" dapat diadaptasi dengan cara yang segar dan inovatif. Dia menginginkan karyanya dapat dinikmati oleh berbagai kalangan, termasuk anak-anak dan orang dewasa.
Berkolaborasi dengan Artisan
Menyadari bahwa dia tidak bisa melakukannya sendiri, Rupert mengajak para artisan di wilayah Somerset untuk berkolaborasi. Dia tahu bahwa untuk menciptakan alat dan bahan yang dibutuhkan, dia perlu mendapatkan dukungan dari mereka. Dengan semangat dan tekad, dia mengunjungi workshop para artisan dan menjelaskan visinya.
"Saya ingin menciptakan komik yang akan menarik perhatian banyak orang," katanya. "Untuk itu, kita perlu alat dan bahan yang tepat."
Rupert menjelaskan rencana untuk menggunakan kertas yang lebih ringan dan alat menggambar yang lebih efisien. Dia juga ingin menciptakan sampul yang menarik untuk komik tersebut. Para artisan yang terkesan dengan semangat dan visinya mulai bekerja sama dengan Rupert untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi. Mereka berdiskusi tentang jenis kertas yang akan digunakan, alat menggambar yang tepat, dan teknik yang diperlukan untuk menciptakan hasil yang terbaik.
"Jika kita menggunakan kertas daur ulang untuk halaman-halaman, kita mungkin bisa menghemat biaya," saran seorang artisan.
"Namun, untuk sampulnya, kita harus menemukan bahan yang tahan lama dan menarik," jawab Rupert. "Bagaimana dengan menggunakan ekstrak dari pohon cassava? Saya dengar itu bisa membuat kertas lebih tahan lama."
Saran Rupert diterima dengan antusias, dan para artisan pun bersemangat untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang cara mengaplikasikan ekstrak tersebut pada kertas. Mereka berkolaborasi dengan tekun, dan Rupert merasa sangat bersyukur atas kerja sama mereka.
Menghadapi Tantangan dan Keterbatasan
Meskipun mendapatkan dukungan dari para artisan, Rupert masih menghadapi banyak tantangan. Dia harus memastikan bahwa setiap elemen dalam komiknya dapat terintegrasi dengan baik dan dapat dipahami oleh pembaca. Selain itu, Rupert juga berusaha mengatasi rasa keraguannya sendiri tentang kemampuan menggambarnya.
"Saya tidak ingin membuat karya yang hanya sekadar meniru," katanya pada dirinya sendiri. "Saya ingin menciptakan sesuatu yang orisinal dan menggugah."
Rupert mulai menggambar panel-panel awal dari komiknya. Dia menciptakan karakter Elza, seorang putri yang terjebak dalam kutukan penyihir es, dan Hanna, pewaris tahta yang tidak menyadari bahwa Elza masih hidup. Dia menggali lebih dalam latar belakang karakter dan hubungan mereka, menciptakan dinamika yang menarik antara keduanya. Sambil menggambar, Rupert merasakan inspirasi mengalir dalam dirinya.