Dia adalah seorang wanita yang dengan sukarela dan ikhlas membesarkan kita, merawat, menyusui dan memberi kasih sayang seumur hidup, tanpa meminta pamrih maupun imbalan.
Bahkan, bagaimanapun kita mencoba untuk membalas jasanya, tidak akan pernah sebanding dengan apa yang telah ia berikan kepada kita. Karena ketika ia murka, maka Allah SWT juga akan murka.
Hal ini terjadi pada Malin Kundang yang telah Durhaka kepada ibunya, sehingga dia diberikan hukuman yang amat sangat pedih, yakni menjadi Batu, tanpa sempat meminta maaf dan mengucapkan selamat tinggal.
2. Jangan Lupa Diri dalam Kemewahan
Pada penggalan cerita Malin Kundang, ketika di perantauan, dia berhasil menjadi orang yang kaya raya, bergelimang harta, tahta yang tinggi dan istri yang cantik serta keturunan bangsawan.
Baca juga: Asal Usul Nama Minangkabau dan "Malin Kundang Anak Durhako"
Namun, keadaan hidup yang seperti itu ternyata membuat dia melupakan siapa dia dan dari mana dia berasal. Parahnya, dia tidak mengakui ibu kandungnya sendiri, karena merasa malu dengan harta yang melimpah, namun memiliki seorang ibu yang miskin dan kotor.
Dalam kehidupan sehari-hari, harusnya kita senantiasa menyadari bahwa segala yang kita punya hari ini, hanyalah titipan semata yang bisa lenyap dalam sekejap. Yang akan kita bawa hingga ke Akhirat hanyalah Amal dan ibadah semata.
Untuk itu, pergunakanlah harta yang dimiliki untuk ajang beramal dan mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa, bukan malah menjadikan kita pribadi yang sombong, angkuh dan terlalu memburu harta dunia secara membabi buta.
3. Berbohong hanya Menyelamatkan Sementara
Pada kisah Malin Kundang, saat Malin hendak menyunting Wanita pujaan yang menjadi istrinya tersebut, dia berbohong dengan mengatakan bahwa dia berasal dari keluarga yang kaya dan golongan bangsawan.